COKLAT STRAWBERRY PART II
Oleh : Fidri Yuliyana
Hari-hari
yang kujalani sepertinya tak sesemangat dulu lagi, entah karena dia yang telah
pergi menjauh atau hanya perasaanku saja. Dia telah menjauhiku… ya kontak bbm,
semua akun media social semua sudah dia hapus. Apakah separah ini hubungan
kita? Bukankah kita teman? Ya meskipun aku memiliki perasaan lebih dari sekedar
teman.
Baiklah,
jika kau tak apa-apa tak mendengar kabarku satu hari, seminggu, sebulan,
setahun atau entah berapa lamanya, akupun begitu akan diam dalam rindu ini. Aku
masih ingat saat dulu kau tak pernah melewatkan kabarku, terkadang hanya iseng
jika kita tak saling bertemu.
“Sayang
lagi dimana?” Tiba-tiba ada suara di seberang sana, ketika aku mengangkat
telfon yang berdering.
“Salam
dulu kek…”Jawabku dengan nada ketus. “Ya dikantor lah, dimana lagi gue jam
segini Vias.”
“Owhhh…
ya udah, udah makan siang belum?”
“Ngapain
nanya-nanya gue? Mau beliin loe?”
“Sayang
kalau aku di kantor kamunya jutek, pas
aku lagi nggak dikantor manja minta di beliin…”Vias cekikikan.
“Hufttt…
ada apa lo nelfon gue?”
“Nggak
da.. bye.” Vias menutup telfonnya.
Hal
itulah yang membuatku tak percaya kalau dia telah berubah. Berubah menjauhiku,
saat dulu dia mati-matian selalu ingin tau kabarku, stalking social media ku,
dan sekarang aku merasa dia tak mau tau kabarku, keadaanku. Mungkin sudah
saatnya aku juga melupakan kebiasaan kita yang sudah kita jalani beberapa tahun
ini. Kejahilan, kekonyolan, dan keisengan yang membuat aku kadang kesal dan
ketawa di buatnya.
Hari
ini meeting buat planning bulan depan, aku masih merasakan kehadiran Vias. Tapi
kenyataan yang ada Vias sudah tak ada disini.
“Aila…
berkasnya mana?”Tanya si bos.
“Berkas?”Tanyaku
agak bingung.
“Aduh..
kamu kenapa sich? Come on Ai… kita harus mencapai target bulan depan karena
kita sudah kehilangan Vias. Vias adalah asset perusahaan kita yang berpotensi,
tapi sayangnya dia memutuskan untuk keluar.”
“Iya
Pak… maaf. Ini berkasnya pak.” Jawabku dengan menunduk.
“Ya
karena Vias nggak da disini makanya Aila nggk semangat bos.”Salah satu karyawan
menyelutuk di barengi tawaan beberapa karyawan lain yang ikut meeting, yang membuat
aku salah tingkah dan wajah yang memerah.
“Benar
Ai?”Tanya Bos lagi dengan becanda pula.
“Nggak
pak.. “Jawabku malu-malu.
“Ya
sudah… kita lanjutkan meetingnya.”Jawab si bos.
Selesai
meeting, aku kembali keruanganku. Akupun mencari Rinda yang dari tadi tak
tampak batang hidungnya.
“Buk…lihat
Rinda nggak?”Tanyaku pada cleaning service yang lewat.
“Nggak
mbak…”
“Makasih
buk…”Aku masuk ke dalam ruangan sambil mengambil handphone yang dari tadi sama
sekali nggak bunyi-bunyi. “Astagfirullah….”Aku kaget, banyak panggilan tak
tejawab, notif bbm, aku lupa ternyata handphone aku silence. Pantas saja dari
tadi tidak bunyi sama sekali. Setelah aku cek-cek handphone, notif bbm semua
broadcast, panggilanpun nggak da yang penting, nomor yang tak dikenal. Aku
memencet nomor Rinda….
“Hallo…”Jawab
diseberang sana.
“Rin..
loe dimana?”
“Di
resto dekat kantor, loe kesini aja. Udah kelar meeting kan?”
“Iya
sich…. Lo sama siapa?” Tanyaku sambil bergegas mengambil tas.
“Gue
sama Vias, kebetulan dia ngajakin gue makan.”
Setengah
kaget dan meletakkan kembali tas “Owh….” Ketika aku mulai meyadari semua memang
tak pernah ada diantara kita, aku terdiam sehingga Rinda meyadarkanku.
“Ai….jadikan
loe kesini?”
“Hah?
Kayaknya nggak jadi Rin, kebetulan bos kasih tugas mendadak ni.”Aku berusaha
untuk berbohong.”Udah dulu ya.” Aku menutup telfon dengan perasaan kacau.
Kenapa Vias tidak menghubungi aku? Apa memang dia benar-benar menjauhiku? Apa
nggak bisa Vias telfon aku untuk ngajak makan siang? Apa Vias tak merindukan ku
seperti aku merindukannya.
***
Selesai makan siang, Rinda masuk ruangan, aku berharap
sekali Rinda menceritakan sesuatu tentang Vias, kabarnya atau apa saja lah.
“Ai…”Sapa Rinda.
“Ya…. Sudah selesai makan siangnya? Ya padahal mau
nyusulin kesana.”Jawabku iseng.
“Nggak yakin gue…” Rinda tertawa.
“Kok gitu?”
“Buktinya, tadi aja loe bohong… padahal nggak ada tugas
dari bos.”
“Tau dari mana lo?” Aku semakin mengelak.
“Tadi gue ketemu cleaning service, gue tanyain loe, loe
nya lagi makan siang sendirian di pantry.”
“A ua ah…. “Aku menutup telinga mendengar ocehan Rinda
sambil ketawa-ketawa.
“Takut ketemu Vias? “
“Takut? Takut kenapa?” Jawabku.
“Takut benar-benar jatuh cinta….”Kali ini Rinda
menggodaku habis-habisan.
“Rinda….” Pekikku.
“Oke Ai… loe sabar ya…”
Keinginan untuk menanyakan kabar Vias aku sulutkan,
karena nggak mungkin untuk kedua kalinya di isengi oleh Rinda. Aku benar-benar
ingin melihatnya, sekali lagi untuk aku tau apakah dia masih sama dengan yang
dulu?. Aku memutar play music di handphone, aku merindukannya, aku hanya
bersembunyi di balik gengsiku.
“Ai…”Panggil Rinda.
“Ada apa?”Jawabku dengan memalingkan wajahku.
“Hei… liat gue ngomong napa.”
“Males….”
“Jiah yang ngambek….gue mau kasih tau, kalau bos nyuruh
loe pergi beli ini.”Sambil menunjukkan catatan yang mau dibeli.
“Bagian umum kan ada… kenapa musti gue sich.”
“Udah sana pergi…. Supir kantor udah nungguin loe di
depan, dan ini uangnya.”
‘Iya…”Jawabku sambil malas-malasan. Aku melangkahkan kaki
menuju parkiran, tiba-tiba ketemu bos di lobi.
“Ai… jangan lupa ya.”
“Lupa apa pak?”Tanyaku.
“Tu kan… benar nich kata semua karyawan disini, kamu
masih mikirin Vias.”
“Kok Vias sich pak?”Tanyaku dengan keanehan.
“Iya… jangan mikirin dia mulu…..jangan lupa beli semua
yang ada dicatatan itu.”
“Owh… iya pak.”Jawabku melangkah pergi.
Aku bersama supir pergi ketempat yang dituju, tempat
suppliyer yang biasa perusahaan mengambil barang. Setelah semua dirasa cukup,
aku buru-buru untuk balik ke kantor lagi. Karena buru-buru aku tak sengaja
menumpahkan barang-barang yang aku bawa.
“Hati-hati…”Ada seseorang membantuku untuk membereskan
barang-barang yang terjatuh.
“Iya….”Jawabku. Aku kaget setengah mati ketika melihat
yang di hadapanku, yang sedang membantuku. Aku bagaikan bermimpi untuk bertemu
dia. “Vias…”Jawabku stelah tersadar dalam lamunan.
“Gue bantu ya…”Vias membawakan barang-barang yang jatuh
ke dalam mobil kantor sambil di bantu oleh supir. Setelah semua selesai, aku
berusaha untuk menahan Vias agar bisa ngobrol dulu.
“Terimakasih ya…”
“Iya… kebetulan disini juga. Gue pamit ya.”Jawab Vias
begitu dingin, tanpa menoleh ke arahku.
“Sebentar….”
“Ada apa?”Tanya Vias membalikkan badannya mengarahku.
“Kita ngobrol sebentar.”Tawarku.
“Lain kali saja….”
“Okay…. Kenapa lo delete kontak gue di bbm?” Tanyaku.
“Maaf…”
“Owh… ya.”Aku hanya terdiam, kita berdua saling berdiam
diri, aku merasa tak mengenalnya lagi, sikapnya yang sangat dingin.
“Aku duluan…” Vias pergi sambil membalikkan badan dan
melangkah pergi.
“Ya…”Jawabku lirih. Tau kah kamu bagaimana perasaanku
saat sudah lama tak saling sapa dan kita dipertemukan lagi dengan tak sengaja?
Aku berusaha baik-baik saja di depanmu, aku berusaha menyembunyikan perasaanku
kalau aku ingin memelukmu sekali saja dan bilang I miss you so much. Ya mungkin
semua sudah berubah, kita diperkenalkan hanya sebatas rekan kerja tidak lebih.
Aku melangkahkan kaki ke dalam mobil, mobil melaju cepat
tak terasa aku telah sampai di kantor. Aku masuk kantor dan menghempaskan badan
di kursi, pandanganku kosong menerawang entah kemana, memikirkan yang tak
penting untuk difiirkan. Tiba-tiba Rinda sudah nongol di depanku.
“Kenapa lo? Kecapek an ya?”
“Nggak…. Hmm…”
“Kenapa?”Tanya Rinda sambil duduk didekatku.
“Gue tadi ketemu Vias…”Jawabku sambil menunduk.
“Kok sedih? Bahagia dong.”
“Kayaknya dia marah banget sama gue Rin, gue juga nggak
ngerti kenapa dia begitu dingin terhadap gue.”
“Hmmm… apa ya, gue bakal cerita sama loe, tapi apa kejujuran
gue bisa loe terima?”
“Maksud loe?”
“Ya… gue udah janji sama Vias, buat nggak cerita sama
loe. Tapi kalau kejujuran gue buat loe galau, gue nggak bakalan cerita.”
“Gimana gue bisa bilang gue galau, sedangkan gue nggak
tau loe mau cerita apa.”Jawabku
“Okay…. Ada beberapa hal yang harus loe tau di balik sikap
dinginnya.”
“Apa…?”
“Okay…. Gue akan cerita.” Jawab Rinda. Aku membetulkan
posisi duduk mendengarkan penjelasan dari Rinda “Alasan dia keluar dari kantor
ini, alasan sikap dinginnya ke loe karena…”Rinda terhenti menghela nafas
panjang.
“Karena…?”Aku mengulangi.
“Karena dia nggak mau jatuh cinta sama loe…”
“Apa? Lo jangan bercanda dech Rin.”
“Tu kan…. Gue dibilang becanda. Nich gue kasih tau ya….
Bukannya selama ini loe udah sadar kalau Vias suka sama loe, trus kenapa loe
kayak orang bloon setelah tau.”
“Bukannya gitu… kemarin-kemarin kan hanya perasaan gue
aja, kalau Vias suka sama gue, dan kagetlah kalau gue tau kenyataannya seperti
ini.”
“Iya… loe ingat nggak, beberapa hari ini gue selalu
bawain loe susu strawberry.”
“Iya… kan loe bilang sekalian beli makanan juga.”
“Itu Vias yang nyuruh gue… “
Aku kaget dan hampir tak percaya “Kenapa dia masih peduli
sama gue? Kalau kenyataannya ketemu gue dingin banget.”
“Seperti gue bilang tadi, dia nggak mau jatuh cinta sama
loe. Dan dia nggak mau loe juga jatuh cinta sama dia. Loe tau kan perbedaan
kalian terlalu jauh. Keyakinan yang memisahkan kalian berdua.’’
“Gue…..” Aku hanya bisa terpaku.
“Gue tau… kalian saling sayang. Tapi Vias nggak mau
melukai hati loe dan hatinya karena nggak bisa di satukan. Vias pergi saat loe
nggak tau sama sekali isi hatinya. Tapi dengan terpaksa gue yang bilang ke loe
kalau Vias jatuh cinta sama loe. Dan jujur dia resign memang karena loe, karena
dia nggak bisa liat loe marah dan bĂȘte karena kehadirannya.”
“Rasa strawberry telah menghilangkan rasa coklat kesukaan
gue…. Sekarang rasa strawberry juga akan hilang….? Bukankah hal seperti itu
sering gue lakukan sama dia”
“Iya, dia nggak mau liat senyum loe hilang saat loe marah
sama dia. Dia bilang sama gue hal menyakitkan ketika dia menjadi alasan loe
marah.”
“Iya, gue tau gue salah.”
“Dia akan selalu berusaha untuk menjadi teman loe.”
“Teman? Tapi kenyataannya sekarang… akun
social media gue di blokir, kontak bbm juga di delete.?”
“Yang pasti dia melakukan hal ini agar loe nggak sakit
hati, sikap dinginnya yang ditunjukkan ketika ketemu sama loe, dia hanya
menyembunyikan perasaan cintanya sama loe, perasaan rindu yang teramat dalam
sama loe. Apa yang loe rasakan sama dengan yang di rasakan. Tapi dia nggak mau
terlalu jauh buat mengajak loe dan hatinya terlalu jauh untuk bersama.”
“Gue tau Rin…. Saat kita berdua saling jatuh cinta dan
berusaha memungkiri perasaan yang ada, apakah itu yang dinamakan cinta sejati?
Karena menurut gue cinta sejati cinta yang hanya ada dalam hati bukan dalam
kehidupan kita. Cinta yang takkan pernah bersatu di dunia.”
“Sekarang apa loe masih mau marah sama Vias atas
sikapnya? Apa loe masih galau dengan hal ini? Loe paham apa yang dilakukannya….
Dan loe pun berusaha untuk memahami keadaan ini kan? “
“Gue hanya kecewa kenapa Vias tak mengatakan langsung….
Malah menghindar, maka dari itu gue galau nggak karuan.. gue merasa apa ya
salah gue?”
“Tuhan mempertemukan loe sama Vias, tuhan mengenalkan loe
dengan Vias, tuhan memberikan perasaan antara loe dan Vias, itu semua bukan
kebetulan. Pasti ada hikmah dibalik itu. Dan loe tau hikmahnya apa, loe bisa
menyukai strawberry dan menghilangkan rasa coklat kesukaan loe. Dan itu berarti
loe bisa menghikhlaskan mantan loe yang dulu menghkhianati loe.”
“Iya… makasih ya Rin. Mungkin saat ini loe benar gue dan
Vias nggak usah ketemu dulu.”
“Okay. Loe udah tenang sekarang kan…gue lanjutin kerja
dulu ya.” Rinda pergi dari ruangan.
Mungkin benar aku dan Vias sedang jatuh cinta, mungkin
benar Vias tak ingin merasakan sakit terlalu dalam. Mungkin benar perasaan ini
harus dikubur dalam, ini hal yang tidak mungkin akan terjadi. Tapi trimakasih
tuhan engkau berikan seseorang yang bisa menyembuhkan luka hatiku, dan menyukai
strawberry, rasa yang tak pernah aku bayangkan untuk menyukainya. Trimakasih
Tuhan engkau mengirimkan Vias mengisi hari-hariku walau hanya untuk teman.
Terkadang seseorang diciptakan bukan untuk berada di dalam kehidupan kita, tapi
hanya dalam hati kita. Dan Tuhan menciptakan Vias hanya untuk dalam hati.
The End