waroengbacafidri

Senin, 07 November 2016

CerPen : Coklat Strawberry Part II

COKLAT STRAWBERRY PART II
Oleh : Fidri Yuliyana

Hari-hari yang kujalani sepertinya tak sesemangat dulu lagi, entah karena dia yang telah pergi menjauh atau hanya perasaanku saja. Dia telah menjauhiku… ya kontak bbm, semua akun media social semua sudah dia hapus. Apakah separah ini hubungan kita? Bukankah kita teman? Ya meskipun aku memiliki perasaan lebih dari sekedar teman.
Baiklah, jika kau tak apa-apa tak mendengar kabarku satu hari, seminggu, sebulan, setahun atau entah berapa lamanya, akupun begitu akan diam dalam rindu ini. Aku masih ingat saat dulu kau tak pernah melewatkan kabarku, terkadang hanya iseng jika kita tak saling bertemu.
“Sayang lagi dimana?” Tiba-tiba ada suara di seberang sana, ketika aku mengangkat telfon yang berdering.
“Salam dulu kek…”Jawabku dengan nada ketus. “Ya dikantor lah, dimana lagi gue jam segini Vias.”
“Owhhh… ya udah, udah makan siang belum?”
“Ngapain nanya-nanya gue? Mau beliin loe?”
“Sayang kalau aku di kantor kamunya  jutek, pas aku lagi nggak dikantor manja minta di beliin…”Vias cekikikan.
“Hufttt… ada apa lo nelfon gue?”
“Nggak da.. bye.” Vias menutup telfonnya.
Hal itulah yang membuatku tak percaya kalau dia telah berubah. Berubah menjauhiku, saat dulu dia mati-matian selalu ingin tau kabarku, stalking social media ku, dan sekarang aku merasa dia tak mau tau kabarku, keadaanku. Mungkin sudah saatnya aku juga melupakan kebiasaan kita yang sudah kita jalani beberapa tahun ini. Kejahilan, kekonyolan, dan keisengan yang membuat aku kadang kesal dan ketawa di buatnya.
Hari ini meeting buat planning bulan depan, aku masih merasakan kehadiran Vias. Tapi kenyataan yang ada Vias sudah tak ada disini.
“Aila… berkasnya mana?”Tanya si bos.
“Berkas?”Tanyaku agak bingung.
“Aduh.. kamu kenapa sich? Come on Ai… kita harus mencapai target bulan depan karena kita sudah kehilangan Vias. Vias adalah asset perusahaan kita yang berpotensi, tapi sayangnya dia memutuskan untuk keluar.”
“Iya Pak… maaf. Ini berkasnya pak.” Jawabku dengan menunduk.
“Ya karena Vias nggak da disini makanya Aila nggk semangat bos.”Salah satu karyawan menyelutuk di barengi tawaan beberapa karyawan lain yang ikut meeting, yang membuat aku salah tingkah dan wajah yang memerah.
“Benar Ai?”Tanya Bos lagi dengan becanda pula.
“Nggak pak.. “Jawabku malu-malu.
“Ya sudah… kita lanjutkan meetingnya.”Jawab si bos.
Selesai meeting, aku kembali keruanganku. Akupun mencari Rinda yang dari tadi tak tampak batang hidungnya.
“Buk…lihat Rinda nggak?”Tanyaku pada cleaning service yang lewat.
“Nggak mbak…”
“Makasih buk…”Aku masuk ke dalam ruangan sambil mengambil handphone yang dari tadi sama sekali nggak bunyi-bunyi. “Astagfirullah….”Aku kaget, banyak panggilan tak tejawab, notif bbm, aku lupa ternyata handphone aku silence. Pantas saja dari tadi tidak bunyi sama sekali. Setelah aku cek-cek handphone, notif bbm semua broadcast, panggilanpun nggak da yang penting, nomor yang tak dikenal. Aku memencet nomor Rinda….
“Hallo…”Jawab diseberang sana.
“Rin.. loe dimana?”
“Di resto dekat kantor, loe kesini aja. Udah kelar meeting kan?”
“Iya sich…. Lo sama siapa?” Tanyaku sambil bergegas mengambil tas.
“Gue sama Vias, kebetulan dia ngajakin gue makan.”
Setengah kaget dan meletakkan kembali tas “Owh….” Ketika aku mulai meyadari semua memang tak pernah ada diantara kita, aku terdiam sehingga Rinda meyadarkanku.
“Ai….jadikan loe kesini?”
“Hah? Kayaknya nggak jadi Rin, kebetulan bos kasih tugas mendadak ni.”Aku berusaha untuk berbohong.”Udah dulu ya.” Aku menutup telfon dengan perasaan kacau. Kenapa Vias tidak menghubungi aku? Apa memang dia benar-benar menjauhiku? Apa nggak bisa Vias telfon aku untuk ngajak makan siang? Apa Vias tak merindukan ku seperti aku merindukannya.
***  
            Selesai makan siang, Rinda masuk ruangan, aku berharap sekali Rinda menceritakan sesuatu tentang Vias, kabarnya atau apa saja lah.
            “Ai…”Sapa Rinda.
            “Ya…. Sudah selesai makan siangnya? Ya padahal mau nyusulin kesana.”Jawabku iseng.
            “Nggak yakin gue…” Rinda tertawa.
            “Kok gitu?”
            “Buktinya, tadi aja loe bohong… padahal nggak ada tugas dari bos.”
            “Tau dari mana lo?” Aku semakin mengelak.
            “Tadi gue ketemu cleaning service, gue tanyain loe, loe nya lagi makan siang sendirian di pantry.”
            “A ua ah…. “Aku menutup telinga mendengar ocehan Rinda sambil ketawa-ketawa.
            “Takut ketemu Vias? “
            “Takut? Takut kenapa?” Jawabku.
            “Takut benar-benar jatuh cinta….”Kali ini Rinda menggodaku habis-habisan.
            “Rinda….” Pekikku.
            “Oke Ai… loe sabar ya…”
            Keinginan untuk menanyakan kabar Vias aku sulutkan, karena nggak mungkin untuk kedua kalinya di isengi oleh Rinda. Aku benar-benar ingin melihatnya, sekali lagi untuk aku tau apakah dia masih sama dengan yang dulu?. Aku memutar play music di handphone, aku merindukannya, aku hanya bersembunyi di balik gengsiku.
            “Ai…”Panggil Rinda.
            “Ada apa?”Jawabku dengan memalingkan wajahku.
            “Hei… liat gue ngomong napa.”
            “Males….”
            “Jiah yang ngambek….gue mau kasih tau, kalau bos nyuruh loe pergi beli ini.”Sambil menunjukkan catatan yang mau dibeli.
            “Bagian umum kan ada… kenapa musti gue sich.”
            “Udah sana pergi…. Supir kantor udah nungguin loe di depan, dan ini uangnya.”
            ‘Iya…”Jawabku sambil malas-malasan. Aku melangkahkan kaki menuju parkiran, tiba-tiba ketemu bos di lobi.
            “Ai… jangan lupa ya.”
            “Lupa apa pak?”Tanyaku.
            “Tu kan… benar nich kata semua karyawan disini, kamu masih mikirin Vias.”
            “Kok Vias sich pak?”Tanyaku dengan keanehan.
            “Iya… jangan mikirin dia mulu…..jangan lupa beli semua yang ada dicatatan itu.”
            “Owh… iya pak.”Jawabku melangkah pergi.
            Aku bersama supir pergi ketempat yang dituju, tempat suppliyer yang biasa perusahaan mengambil barang. Setelah semua dirasa cukup, aku buru-buru untuk balik ke kantor lagi. Karena buru-buru aku tak sengaja menumpahkan barang-barang yang aku bawa.
            “Hati-hati…”Ada seseorang membantuku untuk membereskan barang-barang yang terjatuh.
            “Iya….”Jawabku. Aku kaget setengah mati ketika melihat yang di hadapanku, yang sedang membantuku. Aku bagaikan bermimpi untuk bertemu dia. “Vias…”Jawabku stelah tersadar dalam lamunan.
            “Gue bantu ya…”Vias membawakan barang-barang yang jatuh ke dalam mobil kantor sambil di bantu oleh supir. Setelah semua selesai, aku berusaha untuk menahan Vias agar bisa ngobrol dulu.
            “Terimakasih ya…”
            “Iya… kebetulan disini juga. Gue pamit ya.”Jawab Vias begitu dingin, tanpa menoleh ke arahku.
            “Sebentar….”
            “Ada apa?”Tanya Vias membalikkan badannya mengarahku.
            “Kita ngobrol sebentar.”Tawarku.
            “Lain kali saja….”
            “Okay…. Kenapa lo delete kontak gue di bbm?” Tanyaku.
            “Maaf…”
            “Owh… ya.”Aku hanya terdiam, kita berdua saling berdiam diri, aku merasa tak mengenalnya lagi, sikapnya yang sangat dingin.
            “Aku duluan…” Vias pergi sambil membalikkan badan dan melangkah pergi.
            “Ya…”Jawabku lirih. Tau kah kamu bagaimana perasaanku saat sudah lama tak saling sapa dan kita dipertemukan lagi dengan tak sengaja? Aku berusaha baik-baik saja di depanmu, aku berusaha menyembunyikan perasaanku kalau aku ingin memelukmu sekali saja dan bilang I miss you so much. Ya mungkin semua sudah berubah, kita diperkenalkan hanya sebatas rekan kerja tidak lebih.
            Aku melangkahkan kaki ke dalam mobil, mobil melaju cepat tak terasa aku telah sampai di kantor. Aku masuk kantor dan menghempaskan badan di kursi, pandanganku kosong menerawang entah kemana, memikirkan yang tak penting untuk difiirkan. Tiba-tiba Rinda sudah nongol di depanku.
            “Kenapa lo? Kecapek an ya?”
            “Nggak…. Hmm…”
            “Kenapa?”Tanya Rinda sambil duduk didekatku.
            “Gue tadi ketemu Vias…”Jawabku sambil menunduk.
            “Kok sedih? Bahagia dong.”
            “Kayaknya dia marah banget sama gue Rin, gue juga nggak ngerti kenapa dia begitu dingin terhadap gue.”
            “Hmmm… apa ya, gue bakal cerita sama loe, tapi apa kejujuran gue bisa loe terima?”
            “Maksud loe?”
            “Ya… gue udah janji sama Vias, buat nggak cerita sama loe. Tapi kalau kejujuran gue buat loe galau, gue nggak bakalan cerita.”
            “Gimana gue bisa bilang gue galau, sedangkan gue nggak tau loe mau cerita apa.”Jawabku
            “Okay…. Ada beberapa hal yang harus loe tau di balik sikap dinginnya.”
            “Apa…?”
            “Okay…. Gue akan cerita.” Jawab Rinda. Aku membetulkan posisi duduk mendengarkan penjelasan dari Rinda “Alasan dia keluar dari kantor ini, alasan sikap dinginnya ke loe karena…”Rinda terhenti menghela nafas panjang.
            “Karena…?”Aku mengulangi.
            “Karena dia nggak mau jatuh cinta sama loe…”
            “Apa? Lo jangan bercanda dech Rin.”
            “Tu kan…. Gue dibilang becanda. Nich gue kasih tau ya…. Bukannya selama ini loe udah sadar kalau Vias suka sama loe, trus kenapa loe kayak orang bloon setelah tau.”
            “Bukannya gitu… kemarin-kemarin kan hanya perasaan gue aja, kalau Vias suka sama gue, dan kagetlah kalau gue tau kenyataannya seperti ini.”
            “Iya… loe ingat nggak, beberapa hari ini gue selalu bawain loe susu strawberry.”
            “Iya… kan loe bilang sekalian beli makanan juga.”
            “Itu Vias yang nyuruh gue… “
            Aku kaget dan hampir tak percaya “Kenapa dia masih peduli sama gue? Kalau kenyataannya ketemu gue dingin banget.”
            “Seperti gue bilang tadi, dia nggak mau jatuh cinta sama loe. Dan dia nggak mau loe juga jatuh cinta sama dia. Loe tau kan perbedaan kalian terlalu jauh. Keyakinan yang memisahkan kalian berdua.’’
            “Gue…..” Aku hanya bisa terpaku.
            “Gue tau… kalian saling sayang. Tapi Vias nggak mau melukai hati loe dan hatinya karena nggak bisa di satukan. Vias pergi saat loe nggak tau sama sekali isi hatinya. Tapi dengan terpaksa gue yang bilang ke loe kalau Vias jatuh cinta sama loe. Dan jujur dia resign memang karena loe, karena dia nggak bisa liat loe marah dan bĂȘte karena kehadirannya.”
            “Rasa strawberry telah menghilangkan rasa coklat kesukaan gue…. Sekarang rasa strawberry juga akan hilang….? Bukankah hal seperti itu sering gue lakukan sama dia”
            “Iya, dia nggak mau liat senyum loe hilang saat loe marah sama dia. Dia bilang sama gue hal menyakitkan ketika dia menjadi alasan loe marah.”
            “Iya, gue tau gue salah.”
            “Dia akan selalu berusaha untuk menjadi teman loe.”
 “Teman? Tapi kenyataannya sekarang… akun social media gue di blokir, kontak bbm juga di delete.?”
            “Yang pasti dia melakukan hal ini agar loe nggak sakit hati, sikap dinginnya yang ditunjukkan ketika ketemu sama loe, dia hanya menyembunyikan perasaan cintanya sama loe, perasaan rindu yang teramat dalam sama loe. Apa yang loe rasakan sama dengan yang di rasakan. Tapi dia nggak mau terlalu jauh buat mengajak loe dan hatinya terlalu jauh untuk bersama.”
            “Gue tau Rin…. Saat kita berdua saling jatuh cinta dan berusaha memungkiri perasaan yang ada, apakah itu yang dinamakan cinta sejati? Karena menurut gue cinta sejati cinta yang hanya ada dalam hati bukan dalam kehidupan kita. Cinta yang takkan pernah bersatu di dunia.”
            “Sekarang apa loe masih mau marah sama Vias atas sikapnya? Apa loe masih galau dengan hal ini? Loe paham apa yang dilakukannya…. Dan loe pun berusaha untuk memahami keadaan ini kan? “
            “Gue hanya kecewa kenapa Vias tak mengatakan langsung…. Malah menghindar, maka dari itu gue galau nggak karuan.. gue merasa apa ya salah gue?”
            “Tuhan mempertemukan loe sama Vias, tuhan mengenalkan loe dengan Vias, tuhan memberikan perasaan antara loe dan Vias, itu semua bukan kebetulan. Pasti ada hikmah dibalik itu. Dan loe tau hikmahnya apa, loe bisa menyukai strawberry dan menghilangkan rasa coklat kesukaan loe. Dan itu berarti loe bisa menghikhlaskan mantan loe yang dulu menghkhianati loe.”
            “Iya… makasih ya Rin. Mungkin saat ini loe benar gue dan Vias nggak usah ketemu dulu.”
            “Okay. Loe udah tenang sekarang kan…gue lanjutin kerja dulu ya.” Rinda pergi dari ruangan.
            Mungkin benar aku dan Vias sedang jatuh cinta, mungkin benar Vias tak ingin merasakan sakit terlalu dalam. Mungkin benar perasaan ini harus dikubur dalam, ini hal yang tidak mungkin akan terjadi. Tapi trimakasih tuhan engkau berikan seseorang yang bisa menyembuhkan luka hatiku, dan menyukai strawberry, rasa yang tak pernah aku bayangkan untuk menyukainya. Trimakasih Tuhan engkau mengirimkan Vias mengisi hari-hariku walau hanya untuk teman. Terkadang seseorang diciptakan bukan untuk berada di dalam kehidupan kita, tapi hanya dalam hati kita. Dan Tuhan menciptakan Vias hanya untuk dalam hati.


The End
           

Jumat, 07 Oktober 2016

CerPen : Coklat Strawberry



COKLAT STRAWBERRY
(Oleh: Fidri Yuliyana)

            Cinta datang karena terbiasa bersama, tanpa aku sadari aku sering menceritakan tentangmu pada orang-orang yang aku temui, dengan penuh semangat aku ceritakan tentangmu, kekonyolanmu, aku rasa itu hanya perasaan yang wajar. Tapi, aku tersadar oleh suatu keadaan dimana aku kehilangan, kehilangan kebersamaan itu. Kehilangan yang baru aku sadari ketika kau tak lagi sama saat aku pertama kali mengenalmu. Kau yang selalu menemaniku atau bahkan hanya sekedar membuatku tersenyum, namun kini aku kehilangan senyum itu, semua menjadi tanda tanya saat kau menjauh dariku, aku seperti kehilangan dirimu, meskipun tak pernah engkau sadari.
            Aku baru saja putus cinta dari kekasihku yang aku rajut lebih kurang 5 tahun lamanya, dia lebih memilih wanita lain untuk mendampinginya daripada aku. Apa yang diperjuangkan selama ini hanyalah sia-sia, dia adalah duniaku, aku tak bisa jika tak ada dia. Saat semua aku ikhlaskan aku mencoba perlahan berdiri meskipun aku sering terjatuh. Di saat itu Vias mengisi hari-hariku, orang yang super jail, yang selalu buat aku kesal bisa menarik perhatianku. Dia bukan tipe ku, sama sekali kita berbeda hampir tak ada persamaan diantara kita. Kalau ketemu berasa tom and jerry yang selalu bertengkar.
            “ Ai…. Laporan gue mana?”Vias mengagetkanku.
            “ Ada dimeja…”Jawabku ketus.
            “Ambilin dunk..” Goda Vias.
            “ Ambil aja sendiri..”
            “Jadi nggak mau nich, ya udah bilangin bos nich…”
            “Iye… bawel..”Aku mengambil berkas laporannya, tanpa aku sadari dia mengikutiku sampai ke meja. “Lah…. Ngapain kesini? Kalau ujung-ujungnya loe juga bakalan kesini.”Aku semakin kesal.
            “Jangan marah dunk sayang…” Vias berlalu pergi.
            Di dalam ruangan aku ngomel-ngomel sendiri dengan tingkah laku Vias, tiba-tiba Rinda masuk ruangan kerja dengan wajah yang senyum-senyum.
            “Kenapa?”Tanyaku.
            “Loe yang kenapa? Ngomel-ngomel sendiri. Orangnya udah pergi baru ngomel tadi ngapain aja? “Rinda cekikikan melihat tingkahku. Tiba-tiba handphone ku berdering tanda panggilan masuk, aku melihat ke layar handphone dan terperangah. “Siapa ? “Tanya Rinda menghampiriku.
            “Dia…”Jawabku dan tak terasa air mataku jatuh.
            “Ya udah… ngapain nangis, nggak usah diangkat. Kamu harus move on, blokir aja nomornya biar kamu nggak terganggu.”
            “TApi…”Aku terbata-bata..
            “Pilihannya Cuma dua, mengikhlaskan dia pergi atau masih ingin terluka.”
            “Okay…. “ aku menghapus air mata yang jatuh dipipi dan ingin beranjak pergi ke toilet, saat aku membalikkan badan Vias sudah ada di depanku. “Sejak kapan loe disini?”
            “Dari tadi… cie yang nagis karna….”Goda Vias.
            “Apaan sich lo.” Sambil berlalu.
            Aku menangis sekencang-kencangnya di toilet sampai aku merasa lega, aku kembali keruangan, Vias masih stay duduk di ruangan.
            “Masih disini aja… “Tanyaku.
            “Iya… nungguin loe, loe mau apa? Kebetulan gue mau keluar sebentar, Rinda nitip makanan.”
            ‘Iya dech… gue nitip…. Hmmm…”
            “Lama dech.” Vias berlalu.
            “ Coklat… “Pekikku.
***

     Saat istirahat siang Vias datang.
     “Rinda… ni pesanan loe.” Vias menghampiri rinda dan berlalu pergi.
     “Vias…. Pesanan gue mana?”
     “O..iya…. lupa.” Dia mengeluarkan susu strawberry. “Nich…”
     “Apaann nich… gue titipnya coklat.”
     “Nggak boleh makan coklat….” Vias berlalu pergi.
     “Rinda….. dia bikin gue kesal lagi kan.”
     “Udah…. Coba aja dulu minum.”
     “Loe tau kan gue kan nggak suka strawberry.”
            Sekarang setiap hari Vias selalu membelikanku susu strawberry ketika aku menitip makanan, coklat yang aku simpan di laci selalu hilang. Kebiasaanku makan coklat berawal dari kesukaan mantanku yang dulu, aku pejamkan mata dan kembali membayangkan masa-masa indah itu  tanpa aku sadari aku meneteskan air mata, saat aku membuka mata Vias sudah nongol di depan mata.
            “Ngapain loe…”
            “Loe yang ngapain…. Bos nyuruh bikin ini.”Vias memberikan laporan si bos. “Di tungguin ya.”
            “Iya….” Jawabku sambil mengerjakan. Vias mondar-mandir di ruanganku, kebetulan Rinda lagi tugas luar. Tiba-tiba cleaning service masuk ke runganku sambil menggoda.
            “ Mbak Aila di temani sama yayangnya ya..”
            “Yayang siapa?”Tanyaku kaget.
            “Iya buk…. Dia manja minta ditemanin mulu, katanya takut sendirian.” Jawab Vias yang bikin aku terdiam melongo.
            “ Apaan sich lo.”Jawabku tak terasa suaraku terdengar sampai keluar ruangan.
            “Ada apa Ai..?”Tanya salah satu karyawan menghampiri ruanganku.
            “Nggak ada apa-apa pak, Vias ini…”Jawabku agak malu-malu.
            “Kalian ini, udah dech Ai terima aja Vias kalian cocok.”
            “Nggak pak “Jawabku.
            “Ya sudah kembali bekerja…. “bapak itu berlalu pergi sedangkan Vias masih mengotak-atik mejaku, dia melihat kalender-kalender dia mengambil penaku dan melingkari tanggal di salah satu kalender itu. Laporan yang di minta sudah selesai, Vias pergi dari ruanganku.
            “Makasih ya sayang…”sambil mengelus kepalaku.   
            “Vias….”Pekikku. Kebetulan ada beberapa karyawan yang melihat.
            “Udah Ai… cocok kok.”
***
            Setiap hari ada saja tingkah Vias yang membuat aku kesal, tapi aku tak pernah bisa marah padanya, entah kenapa. Vias selalu datang di saat yang tepat, meskipun sering membuat orang lain salah sangka kalau aku dan Vias ada hubungan special. Tingkah laku kami yang seperti tom and jerry membuat orang-orang di kantor menjodoh-jodohkan kami di tambah Vias yang membenarkan, tujuannya hanya bercandaan. Aku tak bisa menyangkal dengan semua yang terjadi. Perhatian kecil yang diberikan vias, tingkah lakunya, kekonyolannya, kejahilannya membuat aku nyaman.
            Saat itu aku lagi hangout bareng sahabat-sahabatku.
            “Ai… kamu masih sama dia?”
            “Nggak… dia lebih memilih orang lain daripada aku.”
            “Ya sudah…. Ikhlasin aja ya. Semoga kamu mendaptkan yang terbaik.”
            “Iya…”Jawabku.
            “O.. iya kerjaanmu gimana?”
            “Lancar… tapi ada salah satu teman kantor yang bikin aku kesal tiap hari, isengnya itu loh, sampai-sampai orang kantor menganggap kalau kami ada hubungan special gitu.””
            “Hahahaha…”
            “Lah kenapa kamu ketawa sich.”
            “Lucu aja AI, baru kali ini kamu menceritakan orang lain dengan semangatnya, kayak ni kamu emang suka dech Ai.”
            “Nggak lah… bukan tipe aku kali, kamu tau kan tipe aku seperti apa.”
            “Iya… tapi nggak ada salahnya kamu mencoba untuk menjalin hubungan yang serius lagi.”
            “Nggak dech kalau sama dia, apa ya.. aku anggap dia hanya sebagai rekan kerja. Udah itu aja nggak lebih.”
            “Iya dech percaya, tapi cinta itu timbul karena seringnya bersama loh.”
            Aku juga jadi mikir sendiri, apa iya aku suka sama Vias?. Tapi aku rasa tidak, masih dalam batas wajar. Kali ini semua orang-orang sudah salah paham, termasuk Vias juga salah paham kalau aku memang menyukainya, karena sikapku kesal tapi tak bisa marah. Ketika itu kantor mengadakan acara di hotel. Aku mengajak temanku untuk menemaniku sebagai pasanganku, semua karyawan kantor menggodaku, aku senang karena mereka tidak mengaitkan aku dengan Vias lagi. Tapi disudut ruangan aku melihat Vias berdiam diri, tanpa menghiraukan aku sama sekali. Mungkin dia marah, ya bagus dech dia tau kalau aku nggak suka sama dia.
            Keesokan harinya, Vias mulai berubah. Dia mulai jarang masuk keruanganku. Kalaupun ada laporan dari bos, dia minta tolong sama Rinda. Ini berlangsung selama seminggu.
            “Ai…. Bener kemarin itu pacar loe?” Tanya Rinda.
            “Kenapa Rin?”
            “Loe lihat dech, Vias sampai galau begitu.”
            “Ah… biasa aja kali Rin.”
            “Di bilangin nggak percaya…”
            Aku sedikit merenung. “ Dia bukan pacar gue.”
            “Jadi… yang kemarin loe ajak ke pesta itu bukan pacar loe?”
            “Bukan… dia teman gue.” Tiba-tiba Vias masuk ruangan.
            “Rin…. Ini laporan kemarin, tolong di cek lagi ya.” Vias pergi tanpa melihat ku.
            “Vias… tunggu.” Panggil Rinda.
            “Ada apa Rin?”
            “Loe kenapa sama Aila… nggak seperti biasanya, udah seminggu ini gue lihat loe nggak pernah lagi menggoda Aila, udah lama gue nggak dengar loe bilang sayang sama Aila.”
            “Perasaan loe aja kali Rin, gue biasa aja. Lagian gue nggak mau ganggu hubungan orang lain.”
            “Hahahha…. Loe kira kemarin cowoknya Aila? Bukan kali.”
            “Maksud loe?” Tanya Vias kaget.
            “Iya… kemarin itu bukan pacarnya Aila, tapi temannya. Jangan galau lagi ya, nggak enak banget gue lihat loe begitu… kangen juga gue dengar loe sama Aila berantem-berantem mesra.”
            “Bener Ai…?”Vias menyadarkanku.
            “Iya…”Dengan polosnya aku mengucapkan iya, padahal aku sudah senang kemarin-kemarin Vias tidak mengganggu aku lagi. Vias pergi dengan wajah yang sumbringah.
            “Apaan sich Rin…”
            “Tuh kan… dia senang, nggak galau lagi, berarti bener kan dia suka sama loe.”
            “Iya.. tapi kan gue nggak suka.”
            Sejak kejadian itu Vias kembali seperti semula. Kejahilan dan keisengan yang hilang beberapa hari ini, kembali lagi. Panggilan sayang dan mengelus kepalaku kembali dia lakukan, susu strawberry setiap pagi dimeja kerja. Aku kesal tapi nggak bisa marah. Lama kelamaan aku risih dengan gosip-gosip yang beredar di kantor, aku kesal dan kekesalan itu aku tumpahkan pada Vias, aku juga nggak tau kenapa kekesalan itu aku tumpahkan pada Vias, aku merasa aku sering melakukan ini kepada Vias, jadi Vias sudah mengerti denganku.
            “Kenapa sich Ai… benci sama Vias?” Tanya Rinda.
            “Nggak…. Lagi bĂȘte aja.”
            “Lihat dech, beberapa hari ini dia galau lagi. Dia udah nggak semangat gitu kerjanya.”
            “Ya, bukan karena gue juga kali Rin.”
            “Trus karena apa?”
            “Nggak tau dech, bodo…mau dia galau bukan urusan gue juga, gue juga nggak mau terus-terusan di ganggu sama dia.”
            “Yakin …? Disini lo bilang nggak mau, di hati loe… apa iya?”
            “Rinda gue mohon….”
            “Okay… fine.” Rinda berlalu pergi.
            Seminggu berlangsung tanpa gangguan dari Vias, dan aku dengar kabar dari Rinda kalau  Vias sudah seminggu tidak masuk kantor tanpa ada yang tau, hari ini aku lihat kalender aku kaget tanggal yang dilingkar warna merah oleh Vias, itu tanggal ulangtahunku dan itu hari ini. Aku masih merasa aku tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Vias, aku masih bisa menyangkal kalau aku tidak kehilangan dirinya. Tiba-tiba Rinda datang dengan segerombolan karyawan kantor memberikan aku kejutan. Dari sekian banyak orang mataku masih mencari-cari, aku berharap Vias juga ada dalam segerombolan orang-orang. Tapi aku harus menelan kekecewaan kalau dia tidak ada. Entah kenapa aku sepi dalam keramaian pesta kejutan itu. Setelah semua selesai, aku tertunduk lemah di kursi. Rinda menyadarkanku.
            “ Kenapa…?”
            “Nggak tau…”Aku menitikkan air mata.
            “Kamu nggak senang di berikan kejutan seperti ini?”
            “Bukan begitu, aku senang banget, aku nggak nyangka masih banyak yang sayang sama aku, yang ingat ulangtahunku, tapi…”
            “Tapi apa?” Tanya Rinda lagi.
            “Aku merasa ada yang kurang, tapi aku nggak tau.”
            “Ya sudah… o iya aku mau kasih tau kamu kalau Vias resign.”
“Apa..?”Aku kaget dan shock mendengarnya.
“Iya… surat resignya udah ada di meja si bos, dan tadi dia kesini.”
“Loe ketemu dia?”
“Iya… tapi Cuma sebentar, sepertinya dia buru-buru.”
“Loe tau kenapa dia resign?”
“Tadi dia Cuma ketawa aja pas gue nanya, katanya dia mau mencari yang lebih baik lagi. Padahal si bos sudah menahan dia buat nggak resign, tapi mau gimana lagi itu sudah keputusan dia.”
            “Begitu ya..”Aku masih tertegun mendengar ucapan Rinda, seakan semuanya hancur entah kenapa, Vias bukan siapa-siapa tapi dia berhasil membuat suasana hatiku tak karuan seperti ini. Aku masih terdiam saat Rinda pamit kembali ke meja kerjanya. Apa yang aku fikirkan saat ini, aku tak konsentrasi buat kerja, aku masih bertanya kenapa Vias begini, dia bukan orang yang dulu aku kenal, dulu dia selalu cerita apapun itu meskipun tak pernah aku tanggapi sama sekali. Dia selalu berusaha untuk membuatku bahagia walaupun hanya sekedar tersenyum, tapi itu tak pernah aku lupakan. Tapi kini tiba-tiba dia menghilng begitu saja saat aku mendiamkannya, bukankah ini sering aku lakukan, tapi kenapa dia sekarang menjauhiku.
            “Aila…. “Panggil Rinda.
            “Kenapa Rin.”Tanyaku agak gugup.
            “Kenapa lagi? Aku tau kamu lagi sedih ayo cerita….”
            “Gue nggak tau Rin, apa yang gue rasakan saat ini. Dia bukan siapa-siapa, tapi kenapa gue bisa begini. Rasanya ini terlalu sakit “Aku menceritakan dengan terbata-bata menahan isakan tangisku yang hampir pecah, bukan hampir lagi tapi sudah pecah tak terasa air mataku keluar. “Gue nggak tau perasaan apa ini namanya, apa ini hanya perasaan kehilangan.Loe tau kan Rinda kalau gue  nggak suka sama Vias, tapi ketika ini terjadi gue berharap ini hanya mimpi, tapi ini adalah kenyataannya Rin. Ini lebih sakit daripada patah hati… kalau patah hati karena kita mencintai seseorang, kalau keadaanya begini gue nggak tau perasaan apa ini namanya Rin.”
            “Loe masih punya waktu buat bilang sama Vias.”
            “Percuma buat bilang sama dia, apa dengan gue bilang bisa mengembalikan suasa yang sudah terlanjur begini? Apa bisa dia kembali bekerja disini lagi? Semua percuma Rin semua tak lagi sama saat dulu”
            “Lo masih bisa jujur Ai buat bilang semuanya.”
            “Jujur…? gue sendiri nggak tau perasaan apa namanya. Loe tau kan selama ini kita berdua selalu berantem, kita banyak perbedaan.”
            “Iya gue tau, tapi apakah hal-hal seperti itu yang hilang dari loe beberapa hari ini?’
            “Jujur iya Rin… gue merasakan sesuatu hal yang hilang dalam kebiasaan gue, setiap hari ketemu, entah kenapa gue baru merasakan sekarang kalau gue butuh dia dalam hidup gue. Loe tau Rin dia yang melingkar tanggal ini di kalender gue.”
Rinda melihat kalender di mejaku.“ Ulang tahun sayangku?”Rinda kanget.
            “Gue kira dia bakalan ngucapin selamat ulangtahun atau hadir di kantor. Tapi apa..? nggak sama sekali Rin…. Gue merasa dia benar udah menjauhi gue.”
            “Ya terserah loe…”
            “Rin… Gue pulang duluan ya. Kerja juga nggak konsen begini.”
            “Ya udah, nanti gue yang kerjain kerjaan loe… loe tenangan diri dulu.”
            Perasaan apa namanya ini? Apakah ini patah hati? Aku rasa ini lebih sakit daripada patah hati. Patah hati ada sebabnya, kalau perasaan seperti ini karena apa? Kita nggak punya hubungan apa-apa, nggak pernah bilang suka satu sama lain. Entah karena aku yang tak peka dengan perasan ini ataukah memungkiri perasaan yang ada? . yang pasti aku kehilangan, kehilanagn kebersamaan itu, kebersamaan yang tak lagi sama saat pertama kita kenal. Tau kah kamu, kamu yang membuat aku menyukai strawberry sehingga aku menghilangkan rasa coklat kesukaaanku. Kamu yang selalu membuat aku tersenyum dengan hal konyol yang kamu lakukan. Kamu yang selalu mengelus kepalaku dengan kasih sayang ketika aku ingin diperhatikan, kamu yang selalu bikin aku kesal tapi  nggak bisa marah. Aku masih ingat kamu tak menghiraukanku saat aku menggandeng cowok lain di depanmu… hal-hal seperti itu masihkah aku dan kamu menyangkal kalau ini adalah cinta.
            Terkadang ada saatnya kita hanya bisa diam dalam saat semua begitu sulit untuk dijelaskan, karena semua percuma buat untuk diungkapkan, keadaannya tak kan bisa berubah. Kini kamu telah pergi tanpa aku tau alasan dirimu pergi, kamu tak pernah pamit saat pergi begitupun kau dulu datang dalam kehidupanku, kamu tak mengetuk pintu hatiku kau masuk saat orang lain juga masuk dalam hatiku.
            Kini aku harus berusaha untuk bisa mengembalikan perasaanku yang sudah terlanjur begini, aku tak kan pernah bilang kalau aku mencintaimu. Aku masih akan menyukai strawberry, engkau memberikan rasa baru padaku, karena kalau bukan karena kamu mungkin aku masih stay dengan masa laluku, rasa coklat yang tak bisa aku hilangkan. Terimakasih kamu hadir dan memberikan warna, dan kehidupan baru untukku. Terkadang cinta itu tak butuh persamaan, tapi perbedaan yang selalu membuat rasa nyaman itu ada.


 Bersambung....