waroengbacafidri

Jumat, 07 Oktober 2016

CerPen : Coklat Strawberry



COKLAT STRAWBERRY
(Oleh: Fidri Yuliyana)

            Cinta datang karena terbiasa bersama, tanpa aku sadari aku sering menceritakan tentangmu pada orang-orang yang aku temui, dengan penuh semangat aku ceritakan tentangmu, kekonyolanmu, aku rasa itu hanya perasaan yang wajar. Tapi, aku tersadar oleh suatu keadaan dimana aku kehilangan, kehilangan kebersamaan itu. Kehilangan yang baru aku sadari ketika kau tak lagi sama saat aku pertama kali mengenalmu. Kau yang selalu menemaniku atau bahkan hanya sekedar membuatku tersenyum, namun kini aku kehilangan senyum itu, semua menjadi tanda tanya saat kau menjauh dariku, aku seperti kehilangan dirimu, meskipun tak pernah engkau sadari.
            Aku baru saja putus cinta dari kekasihku yang aku rajut lebih kurang 5 tahun lamanya, dia lebih memilih wanita lain untuk mendampinginya daripada aku. Apa yang diperjuangkan selama ini hanyalah sia-sia, dia adalah duniaku, aku tak bisa jika tak ada dia. Saat semua aku ikhlaskan aku mencoba perlahan berdiri meskipun aku sering terjatuh. Di saat itu Vias mengisi hari-hariku, orang yang super jail, yang selalu buat aku kesal bisa menarik perhatianku. Dia bukan tipe ku, sama sekali kita berbeda hampir tak ada persamaan diantara kita. Kalau ketemu berasa tom and jerry yang selalu bertengkar.
            “ Ai…. Laporan gue mana?”Vias mengagetkanku.
            “ Ada dimeja…”Jawabku ketus.
            “Ambilin dunk..” Goda Vias.
            “ Ambil aja sendiri..”
            “Jadi nggak mau nich, ya udah bilangin bos nich…”
            “Iye… bawel..”Aku mengambil berkas laporannya, tanpa aku sadari dia mengikutiku sampai ke meja. “Lah…. Ngapain kesini? Kalau ujung-ujungnya loe juga bakalan kesini.”Aku semakin kesal.
            “Jangan marah dunk sayang…” Vias berlalu pergi.
            Di dalam ruangan aku ngomel-ngomel sendiri dengan tingkah laku Vias, tiba-tiba Rinda masuk ruangan kerja dengan wajah yang senyum-senyum.
            “Kenapa?”Tanyaku.
            “Loe yang kenapa? Ngomel-ngomel sendiri. Orangnya udah pergi baru ngomel tadi ngapain aja? “Rinda cekikikan melihat tingkahku. Tiba-tiba handphone ku berdering tanda panggilan masuk, aku melihat ke layar handphone dan terperangah. “Siapa ? “Tanya Rinda menghampiriku.
            “Dia…”Jawabku dan tak terasa air mataku jatuh.
            “Ya udah… ngapain nangis, nggak usah diangkat. Kamu harus move on, blokir aja nomornya biar kamu nggak terganggu.”
            “TApi…”Aku terbata-bata..
            “Pilihannya Cuma dua, mengikhlaskan dia pergi atau masih ingin terluka.”
            “Okay…. “ aku menghapus air mata yang jatuh dipipi dan ingin beranjak pergi ke toilet, saat aku membalikkan badan Vias sudah ada di depanku. “Sejak kapan loe disini?”
            “Dari tadi… cie yang nagis karna….”Goda Vias.
            “Apaan sich lo.” Sambil berlalu.
            Aku menangis sekencang-kencangnya di toilet sampai aku merasa lega, aku kembali keruangan, Vias masih stay duduk di ruangan.
            “Masih disini aja… “Tanyaku.
            “Iya… nungguin loe, loe mau apa? Kebetulan gue mau keluar sebentar, Rinda nitip makanan.”
            ‘Iya dech… gue nitip…. Hmmm…”
            “Lama dech.” Vias berlalu.
            “ Coklat… “Pekikku.
***

     Saat istirahat siang Vias datang.
     “Rinda… ni pesanan loe.” Vias menghampiri rinda dan berlalu pergi.
     “Vias…. Pesanan gue mana?”
     “O..iya…. lupa.” Dia mengeluarkan susu strawberry. “Nich…”
     “Apaann nich… gue titipnya coklat.”
     “Nggak boleh makan coklat….” Vias berlalu pergi.
     “Rinda….. dia bikin gue kesal lagi kan.”
     “Udah…. Coba aja dulu minum.”
     “Loe tau kan gue kan nggak suka strawberry.”
            Sekarang setiap hari Vias selalu membelikanku susu strawberry ketika aku menitip makanan, coklat yang aku simpan di laci selalu hilang. Kebiasaanku makan coklat berawal dari kesukaan mantanku yang dulu, aku pejamkan mata dan kembali membayangkan masa-masa indah itu  tanpa aku sadari aku meneteskan air mata, saat aku membuka mata Vias sudah nongol di depan mata.
            “Ngapain loe…”
            “Loe yang ngapain…. Bos nyuruh bikin ini.”Vias memberikan laporan si bos. “Di tungguin ya.”
            “Iya….” Jawabku sambil mengerjakan. Vias mondar-mandir di ruanganku, kebetulan Rinda lagi tugas luar. Tiba-tiba cleaning service masuk ke runganku sambil menggoda.
            “ Mbak Aila di temani sama yayangnya ya..”
            “Yayang siapa?”Tanyaku kaget.
            “Iya buk…. Dia manja minta ditemanin mulu, katanya takut sendirian.” Jawab Vias yang bikin aku terdiam melongo.
            “ Apaan sich lo.”Jawabku tak terasa suaraku terdengar sampai keluar ruangan.
            “Ada apa Ai..?”Tanya salah satu karyawan menghampiri ruanganku.
            “Nggak ada apa-apa pak, Vias ini…”Jawabku agak malu-malu.
            “Kalian ini, udah dech Ai terima aja Vias kalian cocok.”
            “Nggak pak “Jawabku.
            “Ya sudah kembali bekerja…. “bapak itu berlalu pergi sedangkan Vias masih mengotak-atik mejaku, dia melihat kalender-kalender dia mengambil penaku dan melingkari tanggal di salah satu kalender itu. Laporan yang di minta sudah selesai, Vias pergi dari ruanganku.
            “Makasih ya sayang…”sambil mengelus kepalaku.   
            “Vias….”Pekikku. Kebetulan ada beberapa karyawan yang melihat.
            “Udah Ai… cocok kok.”
***
            Setiap hari ada saja tingkah Vias yang membuat aku kesal, tapi aku tak pernah bisa marah padanya, entah kenapa. Vias selalu datang di saat yang tepat, meskipun sering membuat orang lain salah sangka kalau aku dan Vias ada hubungan special. Tingkah laku kami yang seperti tom and jerry membuat orang-orang di kantor menjodoh-jodohkan kami di tambah Vias yang membenarkan, tujuannya hanya bercandaan. Aku tak bisa menyangkal dengan semua yang terjadi. Perhatian kecil yang diberikan vias, tingkah lakunya, kekonyolannya, kejahilannya membuat aku nyaman.
            Saat itu aku lagi hangout bareng sahabat-sahabatku.
            “Ai… kamu masih sama dia?”
            “Nggak… dia lebih memilih orang lain daripada aku.”
            “Ya sudah…. Ikhlasin aja ya. Semoga kamu mendaptkan yang terbaik.”
            “Iya…”Jawabku.
            “O.. iya kerjaanmu gimana?”
            “Lancar… tapi ada salah satu teman kantor yang bikin aku kesal tiap hari, isengnya itu loh, sampai-sampai orang kantor menganggap kalau kami ada hubungan special gitu.””
            “Hahahaha…”
            “Lah kenapa kamu ketawa sich.”
            “Lucu aja AI, baru kali ini kamu menceritakan orang lain dengan semangatnya, kayak ni kamu emang suka dech Ai.”
            “Nggak lah… bukan tipe aku kali, kamu tau kan tipe aku seperti apa.”
            “Iya… tapi nggak ada salahnya kamu mencoba untuk menjalin hubungan yang serius lagi.”
            “Nggak dech kalau sama dia, apa ya.. aku anggap dia hanya sebagai rekan kerja. Udah itu aja nggak lebih.”
            “Iya dech percaya, tapi cinta itu timbul karena seringnya bersama loh.”
            Aku juga jadi mikir sendiri, apa iya aku suka sama Vias?. Tapi aku rasa tidak, masih dalam batas wajar. Kali ini semua orang-orang sudah salah paham, termasuk Vias juga salah paham kalau aku memang menyukainya, karena sikapku kesal tapi tak bisa marah. Ketika itu kantor mengadakan acara di hotel. Aku mengajak temanku untuk menemaniku sebagai pasanganku, semua karyawan kantor menggodaku, aku senang karena mereka tidak mengaitkan aku dengan Vias lagi. Tapi disudut ruangan aku melihat Vias berdiam diri, tanpa menghiraukan aku sama sekali. Mungkin dia marah, ya bagus dech dia tau kalau aku nggak suka sama dia.
            Keesokan harinya, Vias mulai berubah. Dia mulai jarang masuk keruanganku. Kalaupun ada laporan dari bos, dia minta tolong sama Rinda. Ini berlangsung selama seminggu.
            “Ai…. Bener kemarin itu pacar loe?” Tanya Rinda.
            “Kenapa Rin?”
            “Loe lihat dech, Vias sampai galau begitu.”
            “Ah… biasa aja kali Rin.”
            “Di bilangin nggak percaya…”
            Aku sedikit merenung. “ Dia bukan pacar gue.”
            “Jadi… yang kemarin loe ajak ke pesta itu bukan pacar loe?”
            “Bukan… dia teman gue.” Tiba-tiba Vias masuk ruangan.
            “Rin…. Ini laporan kemarin, tolong di cek lagi ya.” Vias pergi tanpa melihat ku.
            “Vias… tunggu.” Panggil Rinda.
            “Ada apa Rin?”
            “Loe kenapa sama Aila… nggak seperti biasanya, udah seminggu ini gue lihat loe nggak pernah lagi menggoda Aila, udah lama gue nggak dengar loe bilang sayang sama Aila.”
            “Perasaan loe aja kali Rin, gue biasa aja. Lagian gue nggak mau ganggu hubungan orang lain.”
            “Hahahha…. Loe kira kemarin cowoknya Aila? Bukan kali.”
            “Maksud loe?” Tanya Vias kaget.
            “Iya… kemarin itu bukan pacarnya Aila, tapi temannya. Jangan galau lagi ya, nggak enak banget gue lihat loe begitu… kangen juga gue dengar loe sama Aila berantem-berantem mesra.”
            “Bener Ai…?”Vias menyadarkanku.
            “Iya…”Dengan polosnya aku mengucapkan iya, padahal aku sudah senang kemarin-kemarin Vias tidak mengganggu aku lagi. Vias pergi dengan wajah yang sumbringah.
            “Apaan sich Rin…”
            “Tuh kan… dia senang, nggak galau lagi, berarti bener kan dia suka sama loe.”
            “Iya.. tapi kan gue nggak suka.”
            Sejak kejadian itu Vias kembali seperti semula. Kejahilan dan keisengan yang hilang beberapa hari ini, kembali lagi. Panggilan sayang dan mengelus kepalaku kembali dia lakukan, susu strawberry setiap pagi dimeja kerja. Aku kesal tapi nggak bisa marah. Lama kelamaan aku risih dengan gosip-gosip yang beredar di kantor, aku kesal dan kekesalan itu aku tumpahkan pada Vias, aku juga nggak tau kenapa kekesalan itu aku tumpahkan pada Vias, aku merasa aku sering melakukan ini kepada Vias, jadi Vias sudah mengerti denganku.
            “Kenapa sich Ai… benci sama Vias?” Tanya Rinda.
            “Nggak…. Lagi bĂȘte aja.”
            “Lihat dech, beberapa hari ini dia galau lagi. Dia udah nggak semangat gitu kerjanya.”
            “Ya, bukan karena gue juga kali Rin.”
            “Trus karena apa?”
            “Nggak tau dech, bodo…mau dia galau bukan urusan gue juga, gue juga nggak mau terus-terusan di ganggu sama dia.”
            “Yakin …? Disini lo bilang nggak mau, di hati loe… apa iya?”
            “Rinda gue mohon….”
            “Okay… fine.” Rinda berlalu pergi.
            Seminggu berlangsung tanpa gangguan dari Vias, dan aku dengar kabar dari Rinda kalau  Vias sudah seminggu tidak masuk kantor tanpa ada yang tau, hari ini aku lihat kalender aku kaget tanggal yang dilingkar warna merah oleh Vias, itu tanggal ulangtahunku dan itu hari ini. Aku masih merasa aku tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Vias, aku masih bisa menyangkal kalau aku tidak kehilangan dirinya. Tiba-tiba Rinda datang dengan segerombolan karyawan kantor memberikan aku kejutan. Dari sekian banyak orang mataku masih mencari-cari, aku berharap Vias juga ada dalam segerombolan orang-orang. Tapi aku harus menelan kekecewaan kalau dia tidak ada. Entah kenapa aku sepi dalam keramaian pesta kejutan itu. Setelah semua selesai, aku tertunduk lemah di kursi. Rinda menyadarkanku.
            “ Kenapa…?”
            “Nggak tau…”Aku menitikkan air mata.
            “Kamu nggak senang di berikan kejutan seperti ini?”
            “Bukan begitu, aku senang banget, aku nggak nyangka masih banyak yang sayang sama aku, yang ingat ulangtahunku, tapi…”
            “Tapi apa?” Tanya Rinda lagi.
            “Aku merasa ada yang kurang, tapi aku nggak tau.”
            “Ya sudah… o iya aku mau kasih tau kamu kalau Vias resign.”
“Apa..?”Aku kaget dan shock mendengarnya.
“Iya… surat resignya udah ada di meja si bos, dan tadi dia kesini.”
“Loe ketemu dia?”
“Iya… tapi Cuma sebentar, sepertinya dia buru-buru.”
“Loe tau kenapa dia resign?”
“Tadi dia Cuma ketawa aja pas gue nanya, katanya dia mau mencari yang lebih baik lagi. Padahal si bos sudah menahan dia buat nggak resign, tapi mau gimana lagi itu sudah keputusan dia.”
            “Begitu ya..”Aku masih tertegun mendengar ucapan Rinda, seakan semuanya hancur entah kenapa, Vias bukan siapa-siapa tapi dia berhasil membuat suasana hatiku tak karuan seperti ini. Aku masih terdiam saat Rinda pamit kembali ke meja kerjanya. Apa yang aku fikirkan saat ini, aku tak konsentrasi buat kerja, aku masih bertanya kenapa Vias begini, dia bukan orang yang dulu aku kenal, dulu dia selalu cerita apapun itu meskipun tak pernah aku tanggapi sama sekali. Dia selalu berusaha untuk membuatku bahagia walaupun hanya sekedar tersenyum, tapi itu tak pernah aku lupakan. Tapi kini tiba-tiba dia menghilng begitu saja saat aku mendiamkannya, bukankah ini sering aku lakukan, tapi kenapa dia sekarang menjauhiku.
            “Aila…. “Panggil Rinda.
            “Kenapa Rin.”Tanyaku agak gugup.
            “Kenapa lagi? Aku tau kamu lagi sedih ayo cerita….”
            “Gue nggak tau Rin, apa yang gue rasakan saat ini. Dia bukan siapa-siapa, tapi kenapa gue bisa begini. Rasanya ini terlalu sakit “Aku menceritakan dengan terbata-bata menahan isakan tangisku yang hampir pecah, bukan hampir lagi tapi sudah pecah tak terasa air mataku keluar. “Gue nggak tau perasaan apa ini namanya, apa ini hanya perasaan kehilangan.Loe tau kan Rinda kalau gue  nggak suka sama Vias, tapi ketika ini terjadi gue berharap ini hanya mimpi, tapi ini adalah kenyataannya Rin. Ini lebih sakit daripada patah hati… kalau patah hati karena kita mencintai seseorang, kalau keadaanya begini gue nggak tau perasaan apa ini namanya Rin.”
            “Loe masih punya waktu buat bilang sama Vias.”
            “Percuma buat bilang sama dia, apa dengan gue bilang bisa mengembalikan suasa yang sudah terlanjur begini? Apa bisa dia kembali bekerja disini lagi? Semua percuma Rin semua tak lagi sama saat dulu”
            “Lo masih bisa jujur Ai buat bilang semuanya.”
            “Jujur…? gue sendiri nggak tau perasaan apa namanya. Loe tau kan selama ini kita berdua selalu berantem, kita banyak perbedaan.”
            “Iya gue tau, tapi apakah hal-hal seperti itu yang hilang dari loe beberapa hari ini?’
            “Jujur iya Rin… gue merasakan sesuatu hal yang hilang dalam kebiasaan gue, setiap hari ketemu, entah kenapa gue baru merasakan sekarang kalau gue butuh dia dalam hidup gue. Loe tau Rin dia yang melingkar tanggal ini di kalender gue.”
Rinda melihat kalender di mejaku.“ Ulang tahun sayangku?”Rinda kanget.
            “Gue kira dia bakalan ngucapin selamat ulangtahun atau hadir di kantor. Tapi apa..? nggak sama sekali Rin…. Gue merasa dia benar udah menjauhi gue.”
            “Ya terserah loe…”
            “Rin… Gue pulang duluan ya. Kerja juga nggak konsen begini.”
            “Ya udah, nanti gue yang kerjain kerjaan loe… loe tenangan diri dulu.”
            Perasaan apa namanya ini? Apakah ini patah hati? Aku rasa ini lebih sakit daripada patah hati. Patah hati ada sebabnya, kalau perasaan seperti ini karena apa? Kita nggak punya hubungan apa-apa, nggak pernah bilang suka satu sama lain. Entah karena aku yang tak peka dengan perasan ini ataukah memungkiri perasaan yang ada? . yang pasti aku kehilangan, kehilanagn kebersamaan itu, kebersamaan yang tak lagi sama saat pertama kita kenal. Tau kah kamu, kamu yang membuat aku menyukai strawberry sehingga aku menghilangkan rasa coklat kesukaaanku. Kamu yang selalu membuat aku tersenyum dengan hal konyol yang kamu lakukan. Kamu yang selalu mengelus kepalaku dengan kasih sayang ketika aku ingin diperhatikan, kamu yang selalu bikin aku kesal tapi  nggak bisa marah. Aku masih ingat kamu tak menghiraukanku saat aku menggandeng cowok lain di depanmu… hal-hal seperti itu masihkah aku dan kamu menyangkal kalau ini adalah cinta.
            Terkadang ada saatnya kita hanya bisa diam dalam saat semua begitu sulit untuk dijelaskan, karena semua percuma buat untuk diungkapkan, keadaannya tak kan bisa berubah. Kini kamu telah pergi tanpa aku tau alasan dirimu pergi, kamu tak pernah pamit saat pergi begitupun kau dulu datang dalam kehidupanku, kamu tak mengetuk pintu hatiku kau masuk saat orang lain juga masuk dalam hatiku.
            Kini aku harus berusaha untuk bisa mengembalikan perasaanku yang sudah terlanjur begini, aku tak kan pernah bilang kalau aku mencintaimu. Aku masih akan menyukai strawberry, engkau memberikan rasa baru padaku, karena kalau bukan karena kamu mungkin aku masih stay dengan masa laluku, rasa coklat yang tak bisa aku hilangkan. Terimakasih kamu hadir dan memberikan warna, dan kehidupan baru untukku. Terkadang cinta itu tak butuh persamaan, tapi perbedaan yang selalu membuat rasa nyaman itu ada.


 Bersambung....