COKLAT
STRAWBERRY
(Oleh:
Fidri Yuliyana)
Cinta datang karena terbiasa
bersama, tanpa aku sadari aku sering menceritakan tentangmu pada orang-orang
yang aku temui, dengan penuh semangat aku ceritakan tentangmu, kekonyolanmu,
aku rasa itu hanya perasaan yang wajar. Tapi, aku tersadar oleh suatu keadaan
dimana aku kehilangan, kehilangan kebersamaan itu. Kehilangan yang baru aku
sadari ketika kau tak lagi sama saat aku pertama kali mengenalmu. Kau yang
selalu menemaniku atau bahkan hanya sekedar membuatku tersenyum, namun kini aku
kehilangan senyum itu, semua menjadi tanda tanya saat kau menjauh dariku, aku
seperti kehilangan dirimu, meskipun tak pernah engkau sadari.
Aku baru saja putus cinta dari
kekasihku yang aku rajut lebih kurang 5 tahun lamanya, dia lebih memilih wanita
lain untuk mendampinginya daripada aku. Apa yang diperjuangkan selama ini hanyalah
sia-sia, dia adalah duniaku, aku tak bisa jika tak ada dia. Saat semua aku
ikhlaskan aku mencoba perlahan berdiri meskipun aku sering terjatuh. Di saat
itu Vias mengisi hari-hariku, orang yang super jail, yang selalu buat aku kesal
bisa menarik perhatianku. Dia bukan tipe ku, sama sekali kita berbeda hampir
tak ada persamaan diantara kita. Kalau ketemu berasa tom and jerry yang selalu
bertengkar.
“ Ai…. Laporan gue mana?”Vias
mengagetkanku.
“ Ada dimeja…”Jawabku ketus.
“Ambilin dunk..” Goda Vias.
“ Ambil aja sendiri..”
“Jadi nggak mau nich, ya udah
bilangin bos nich…”
“Iye… bawel..”Aku mengambil berkas
laporannya, tanpa aku sadari dia mengikutiku sampai ke meja. “Lah…. Ngapain kesini?
Kalau ujung-ujungnya loe juga bakalan kesini.”Aku semakin kesal.
“Jangan marah dunk sayang…” Vias
berlalu pergi.
Di dalam ruangan aku ngomel-ngomel
sendiri dengan tingkah laku Vias, tiba-tiba Rinda masuk ruangan kerja dengan
wajah yang senyum-senyum.
“Kenapa?”Tanyaku.
“Loe yang kenapa? Ngomel-ngomel
sendiri. Orangnya udah pergi baru ngomel tadi ngapain aja? “Rinda cekikikan
melihat tingkahku. Tiba-tiba handphone ku berdering tanda panggilan masuk, aku melihat
ke layar handphone dan terperangah. “Siapa ? “Tanya Rinda menghampiriku.
“Dia…”Jawabku dan tak terasa air
mataku jatuh.
“Ya udah… ngapain nangis, nggak usah
diangkat. Kamu harus move on, blokir aja nomornya biar kamu nggak terganggu.”
“TApi…”Aku terbata-bata..
“Pilihannya Cuma dua, mengikhlaskan
dia pergi atau masih ingin terluka.”
“Okay…. “ aku menghapus air mata
yang jatuh dipipi dan ingin beranjak pergi ke toilet, saat aku membalikkan
badan Vias sudah ada di depanku. “Sejak kapan loe disini?”
“Dari tadi… cie yang nagis karna….”Goda
Vias.
“Apaan sich lo.” Sambil berlalu.
Aku menangis sekencang-kencangnya di
toilet sampai aku merasa lega, aku kembali keruangan, Vias masih stay duduk di
ruangan.
“Masih disini aja… “Tanyaku.
“Iya… nungguin loe, loe mau apa?
Kebetulan gue mau keluar sebentar, Rinda nitip makanan.”
‘Iya dech… gue nitip…. Hmmm…”
“Lama dech.” Vias berlalu.
“ Coklat… “Pekikku.
***
Saat
istirahat siang Vias datang.
“Rinda… ni
pesanan loe.” Vias menghampiri rinda dan berlalu pergi.
“Vias….
Pesanan gue mana?”
“O..iya….
lupa.” Dia mengeluarkan susu strawberry. “Nich…”
“Apaann
nich… gue titipnya coklat.”
“Nggak
boleh makan coklat….” Vias berlalu pergi.
“Rinda…..
dia bikin gue kesal lagi kan.”
“Udah….
Coba aja dulu minum.”
“Loe tau
kan gue kan nggak suka strawberry.”
Sekarang setiap hari Vias selalu
membelikanku susu strawberry ketika aku menitip makanan, coklat yang aku simpan
di laci selalu hilang. Kebiasaanku makan coklat berawal dari kesukaan mantanku
yang dulu, aku pejamkan mata dan kembali membayangkan masa-masa indah itu tanpa aku sadari aku meneteskan air mata,
saat aku membuka mata Vias sudah nongol di depan mata.
“Ngapain loe…”
“Loe yang ngapain…. Bos nyuruh bikin
ini.”Vias memberikan laporan si bos. “Di tungguin ya.”
“Iya….” Jawabku sambil mengerjakan.
Vias mondar-mandir di ruanganku, kebetulan Rinda lagi tugas luar. Tiba-tiba
cleaning service masuk ke runganku sambil menggoda.
“ Mbak Aila di temani sama yayangnya
ya..”
“Yayang siapa?”Tanyaku kaget.
“Iya buk…. Dia manja minta ditemanin
mulu, katanya takut sendirian.” Jawab Vias yang bikin aku terdiam melongo.
“ Apaan sich lo.”Jawabku tak terasa
suaraku terdengar sampai keluar ruangan.
“Ada apa Ai..?”Tanya salah satu
karyawan menghampiri ruanganku.
“Nggak ada apa-apa pak, Vias
ini…”Jawabku agak malu-malu.
“Kalian ini, udah dech Ai terima aja
Vias kalian cocok.”
“Nggak pak “Jawabku.
“Ya sudah kembali bekerja…. “bapak
itu berlalu pergi sedangkan Vias masih mengotak-atik mejaku, dia melihat
kalender-kalender dia mengambil penaku dan melingkari tanggal di salah satu
kalender itu. Laporan yang di minta sudah selesai, Vias pergi dari ruanganku.
“Makasih ya sayang…”sambil mengelus
kepalaku.
“Vias….”Pekikku. Kebetulan ada
beberapa karyawan yang melihat.
“Udah Ai… cocok kok.”
***
Setiap hari ada saja tingkah Vias
yang membuat aku kesal, tapi aku tak pernah bisa marah padanya, entah kenapa.
Vias selalu datang di saat yang tepat, meskipun sering membuat orang lain salah
sangka kalau aku dan Vias ada hubungan special. Tingkah laku kami yang seperti
tom and jerry membuat orang-orang di kantor menjodoh-jodohkan kami di tambah
Vias yang membenarkan, tujuannya hanya bercandaan. Aku tak bisa menyangkal
dengan semua yang terjadi. Perhatian kecil yang diberikan vias, tingkah
lakunya, kekonyolannya, kejahilannya membuat aku nyaman.
Saat itu aku lagi hangout bareng
sahabat-sahabatku.
“Ai… kamu masih sama dia?”
“Nggak… dia lebih memilih orang lain
daripada aku.”
“Ya sudah…. Ikhlasin aja ya. Semoga
kamu mendaptkan yang terbaik.”
“Iya…”Jawabku.
“O.. iya kerjaanmu gimana?”
“Lancar… tapi ada salah satu teman
kantor yang bikin aku kesal tiap hari, isengnya itu loh, sampai-sampai orang
kantor menganggap kalau kami ada hubungan special gitu.””
“Hahahaha…”
“Lah kenapa kamu ketawa sich.”
“Lucu aja AI, baru kali ini kamu
menceritakan orang lain dengan semangatnya, kayak ni kamu emang suka dech Ai.”
“Nggak lah… bukan tipe aku kali,
kamu tau kan tipe aku seperti apa.”
“Iya… tapi nggak ada salahnya kamu
mencoba untuk menjalin hubungan yang serius lagi.”
“Nggak dech kalau sama dia, apa ya..
aku anggap dia hanya sebagai rekan kerja. Udah itu aja nggak lebih.”
“Iya dech percaya, tapi cinta itu
timbul karena seringnya bersama loh.”
Aku juga jadi mikir sendiri, apa iya
aku suka sama Vias?. Tapi aku rasa tidak, masih dalam batas wajar. Kali ini
semua orang-orang sudah salah paham, termasuk Vias juga salah paham kalau aku
memang menyukainya, karena sikapku kesal tapi tak bisa marah. Ketika itu kantor
mengadakan acara di hotel. Aku mengajak temanku untuk menemaniku sebagai
pasanganku, semua karyawan kantor menggodaku, aku senang karena mereka tidak
mengaitkan aku dengan Vias lagi. Tapi disudut ruangan aku melihat Vias berdiam
diri, tanpa menghiraukan aku sama sekali. Mungkin dia marah, ya bagus dech dia
tau kalau aku nggak suka sama dia.
Keesokan harinya, Vias mulai
berubah. Dia mulai jarang masuk keruanganku. Kalaupun ada laporan dari bos, dia
minta tolong sama Rinda. Ini berlangsung selama seminggu.
“Ai…. Bener kemarin itu pacar loe?”
Tanya Rinda.
“Kenapa Rin?”
“Loe lihat dech, Vias sampai galau
begitu.”
“Ah… biasa aja kali Rin.”
“Di bilangin nggak percaya…”
Aku sedikit merenung. “ Dia bukan
pacar gue.”
“Jadi… yang kemarin loe ajak ke
pesta itu bukan pacar loe?”
“Bukan… dia teman gue.” Tiba-tiba
Vias masuk ruangan.
“Rin…. Ini laporan kemarin, tolong
di cek lagi ya.” Vias pergi tanpa melihat ku.
“Vias… tunggu.” Panggil Rinda.
“Ada apa Rin?”
“Loe kenapa sama Aila… nggak seperti
biasanya, udah seminggu ini gue lihat loe nggak pernah lagi menggoda Aila, udah
lama gue nggak dengar loe bilang sayang sama Aila.”
“Perasaan loe aja kali Rin, gue
biasa aja. Lagian gue nggak mau ganggu hubungan orang lain.”
“Hahahha…. Loe kira kemarin cowoknya
Aila? Bukan kali.”
“Maksud loe?” Tanya Vias kaget.
“Iya… kemarin itu bukan pacarnya
Aila, tapi temannya. Jangan galau lagi ya, nggak enak banget gue lihat loe
begitu… kangen juga gue dengar loe sama Aila berantem-berantem mesra.”
“Bener Ai…?”Vias menyadarkanku.
“Iya…”Dengan polosnya aku mengucapkan
iya, padahal aku sudah senang kemarin-kemarin Vias tidak mengganggu aku lagi.
Vias pergi dengan wajah yang sumbringah.
“Apaan sich Rin…”
“Tuh kan… dia senang, nggak galau
lagi, berarti bener kan dia suka sama loe.”
“Iya.. tapi kan gue nggak suka.”
Sejak kejadian itu Vias kembali
seperti semula. Kejahilan dan keisengan yang hilang beberapa hari ini, kembali
lagi. Panggilan sayang dan mengelus kepalaku kembali dia lakukan, susu
strawberry setiap pagi dimeja kerja. Aku kesal tapi nggak bisa marah. Lama
kelamaan aku risih dengan gosip-gosip yang beredar di kantor, aku kesal dan
kekesalan itu aku tumpahkan pada Vias, aku juga nggak tau kenapa kekesalan itu
aku tumpahkan pada Vias, aku merasa aku sering melakukan ini kepada Vias, jadi
Vias sudah mengerti denganku.
“Kenapa sich Ai… benci sama Vias?”
Tanya Rinda.
“Nggak…. Lagi bĂȘte aja.”
“Lihat dech, beberapa hari ini dia
galau lagi. Dia udah nggak semangat gitu kerjanya.”
“Ya, bukan karena gue juga kali
Rin.”
“Trus karena apa?”
“Nggak tau dech, bodo…mau dia galau
bukan urusan gue juga, gue juga nggak mau terus-terusan di ganggu sama dia.”
“Yakin …? Disini lo bilang nggak
mau, di hati loe… apa iya?”
“Rinda gue mohon….”
“Okay… fine.” Rinda berlalu pergi.
Seminggu berlangsung tanpa gangguan
dari Vias, dan aku dengar kabar dari Rinda kalau Vias sudah seminggu tidak masuk kantor tanpa
ada yang tau, hari ini aku lihat kalender aku kaget tanggal yang dilingkar
warna merah oleh Vias, itu tanggal ulangtahunku dan itu hari ini. Aku masih
merasa aku tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Vias, aku masih bisa
menyangkal kalau aku tidak kehilangan dirinya. Tiba-tiba Rinda datang dengan
segerombolan karyawan kantor memberikan aku kejutan. Dari sekian banyak orang
mataku masih mencari-cari, aku berharap Vias juga ada dalam segerombolan
orang-orang. Tapi aku harus menelan kekecewaan kalau dia tidak ada. Entah
kenapa aku sepi dalam keramaian pesta kejutan itu. Setelah semua selesai, aku
tertunduk lemah di kursi. Rinda menyadarkanku.
“ Kenapa…?”
“Nggak tau…”Aku menitikkan air mata.
“Kamu nggak senang di berikan
kejutan seperti ini?”
“Bukan begitu, aku senang banget,
aku nggak nyangka masih banyak yang sayang sama aku, yang ingat ulangtahunku,
tapi…”
“Tapi apa?” Tanya Rinda lagi.
“Aku merasa ada yang kurang, tapi
aku nggak tau.”
“Ya sudah… o iya aku mau kasih tau
kamu kalau Vias resign.”
“Apa..?”Aku kaget dan shock
mendengarnya.
“Iya… surat resignya udah ada di meja si
bos, dan tadi dia kesini.”
“Loe ketemu dia?”
“Iya… tapi Cuma sebentar, sepertinya dia
buru-buru.”
“Loe tau kenapa dia resign?”
“Tadi dia Cuma ketawa aja pas gue nanya,
katanya dia mau mencari yang lebih baik lagi. Padahal si bos sudah menahan dia
buat nggak resign, tapi mau gimana lagi itu sudah keputusan dia.”
“Begitu ya..”Aku masih tertegun
mendengar ucapan Rinda, seakan semuanya hancur entah kenapa, Vias bukan
siapa-siapa tapi dia berhasil membuat suasana hatiku tak karuan seperti ini.
Aku masih terdiam saat Rinda pamit kembali ke meja kerjanya. Apa yang aku
fikirkan saat ini, aku tak konsentrasi buat kerja, aku masih bertanya kenapa
Vias begini, dia bukan orang yang dulu aku kenal, dulu dia selalu cerita apapun
itu meskipun tak pernah aku tanggapi sama sekali. Dia selalu berusaha untuk
membuatku bahagia walaupun hanya sekedar tersenyum, tapi itu tak pernah aku
lupakan. Tapi kini tiba-tiba dia menghilng begitu saja saat aku mendiamkannya,
bukankah ini sering aku lakukan, tapi kenapa dia sekarang menjauhiku.
“Aila…. “Panggil Rinda.
“Kenapa Rin.”Tanyaku agak gugup.
“Kenapa lagi? Aku tau kamu lagi
sedih ayo cerita….”
“Gue nggak tau Rin, apa yang gue
rasakan saat ini. Dia bukan siapa-siapa, tapi kenapa gue bisa begini. Rasanya
ini terlalu sakit “Aku menceritakan dengan terbata-bata menahan isakan tangisku
yang hampir pecah, bukan hampir lagi tapi sudah pecah tak terasa air mataku
keluar. “Gue nggak tau perasaan apa ini namanya, apa ini hanya perasaan
kehilangan.Loe tau kan Rinda kalau gue nggak suka sama Vias, tapi ketika ini terjadi
gue berharap ini hanya mimpi, tapi ini adalah kenyataannya Rin. Ini lebih sakit
daripada patah hati… kalau patah hati karena kita mencintai seseorang, kalau
keadaanya begini gue nggak tau perasaan apa ini namanya Rin.”
“Loe masih punya waktu buat bilang
sama Vias.”
“Percuma buat bilang sama dia, apa
dengan gue bilang bisa mengembalikan suasa yang sudah terlanjur begini? Apa
bisa dia kembali bekerja disini lagi? Semua percuma Rin semua tak lagi sama
saat dulu”
“Lo masih bisa jujur Ai buat bilang
semuanya.”
“Jujur…? gue sendiri nggak tau
perasaan apa namanya. Loe tau kan selama ini kita berdua selalu berantem, kita
banyak perbedaan.”
“Iya gue tau, tapi apakah hal-hal
seperti itu yang hilang dari loe beberapa hari ini?’
“Jujur iya Rin… gue merasakan
sesuatu hal yang hilang dalam kebiasaan gue, setiap hari ketemu, entah kenapa
gue baru merasakan sekarang kalau gue butuh dia dalam hidup gue. Loe tau Rin
dia yang melingkar tanggal ini di kalender gue.”
Rinda melihat kalender di mejaku.“ Ulang
tahun sayangku?”Rinda kanget.
“Gue kira dia bakalan ngucapin
selamat ulangtahun atau hadir di kantor. Tapi apa..? nggak sama sekali Rin….
Gue merasa dia benar udah menjauhi gue.”
“Ya terserah loe…”
“Rin… Gue pulang duluan ya. Kerja
juga nggak konsen begini.”
“Ya udah, nanti gue yang kerjain
kerjaan loe… loe tenangan diri dulu.”
Perasaan apa namanya ini? Apakah ini
patah hati? Aku rasa ini lebih sakit daripada patah hati. Patah hati ada
sebabnya, kalau perasaan seperti ini karena apa? Kita nggak punya hubungan
apa-apa, nggak pernah bilang suka satu sama lain. Entah karena aku yang tak
peka dengan perasan ini ataukah memungkiri perasaan yang ada? . yang pasti aku
kehilangan, kehilanagn kebersamaan itu, kebersamaan yang tak lagi sama saat
pertama kita kenal. Tau kah kamu, kamu yang membuat aku menyukai strawberry
sehingga aku menghilangkan rasa coklat kesukaaanku. Kamu yang selalu membuat
aku tersenyum dengan hal konyol yang kamu lakukan. Kamu yang selalu mengelus
kepalaku dengan kasih sayang ketika aku ingin diperhatikan, kamu yang selalu
bikin aku kesal tapi nggak bisa marah. Aku
masih ingat kamu tak menghiraukanku saat aku menggandeng cowok lain di depanmu…
hal-hal seperti itu masihkah aku dan kamu menyangkal kalau ini adalah cinta.
Terkadang ada saatnya kita hanya
bisa diam dalam saat semua begitu sulit untuk dijelaskan, karena semua percuma
buat untuk diungkapkan, keadaannya tak kan bisa berubah. Kini kamu telah pergi
tanpa aku tau alasan dirimu pergi, kamu tak pernah pamit saat pergi begitupun
kau dulu datang dalam kehidupanku, kamu tak mengetuk pintu hatiku kau masuk
saat orang lain juga masuk dalam hatiku.
Kini aku harus berusaha untuk bisa
mengembalikan perasaanku yang sudah terlanjur begini, aku tak kan pernah bilang
kalau aku mencintaimu. Aku masih akan menyukai strawberry, engkau memberikan
rasa baru padaku, karena kalau bukan karena kamu mungkin aku masih stay dengan
masa laluku, rasa coklat yang tak bisa aku hilangkan. Terimakasih kamu hadir
dan memberikan warna, dan kehidupan baru untukku. Terkadang cinta itu tak butuh
persamaan, tapi perbedaan yang selalu membuat rasa nyaman itu ada.
Bersambung....