waroengbacafidri

Senin, 07 November 2016

CerPen : Coklat Strawberry Part II

COKLAT STRAWBERRY PART II
Oleh : Fidri Yuliyana

Hari-hari yang kujalani sepertinya tak sesemangat dulu lagi, entah karena dia yang telah pergi menjauh atau hanya perasaanku saja. Dia telah menjauhiku… ya kontak bbm, semua akun media social semua sudah dia hapus. Apakah separah ini hubungan kita? Bukankah kita teman? Ya meskipun aku memiliki perasaan lebih dari sekedar teman.
Baiklah, jika kau tak apa-apa tak mendengar kabarku satu hari, seminggu, sebulan, setahun atau entah berapa lamanya, akupun begitu akan diam dalam rindu ini. Aku masih ingat saat dulu kau tak pernah melewatkan kabarku, terkadang hanya iseng jika kita tak saling bertemu.
“Sayang lagi dimana?” Tiba-tiba ada suara di seberang sana, ketika aku mengangkat telfon yang berdering.
“Salam dulu kek…”Jawabku dengan nada ketus. “Ya dikantor lah, dimana lagi gue jam segini Vias.”
“Owhhh… ya udah, udah makan siang belum?”
“Ngapain nanya-nanya gue? Mau beliin loe?”
“Sayang kalau aku di kantor kamunya  jutek, pas aku lagi nggak dikantor manja minta di beliin…”Vias cekikikan.
“Hufttt… ada apa lo nelfon gue?”
“Nggak da.. bye.” Vias menutup telfonnya.
Hal itulah yang membuatku tak percaya kalau dia telah berubah. Berubah menjauhiku, saat dulu dia mati-matian selalu ingin tau kabarku, stalking social media ku, dan sekarang aku merasa dia tak mau tau kabarku, keadaanku. Mungkin sudah saatnya aku juga melupakan kebiasaan kita yang sudah kita jalani beberapa tahun ini. Kejahilan, kekonyolan, dan keisengan yang membuat aku kadang kesal dan ketawa di buatnya.
Hari ini meeting buat planning bulan depan, aku masih merasakan kehadiran Vias. Tapi kenyataan yang ada Vias sudah tak ada disini.
“Aila… berkasnya mana?”Tanya si bos.
“Berkas?”Tanyaku agak bingung.
“Aduh.. kamu kenapa sich? Come on Ai… kita harus mencapai target bulan depan karena kita sudah kehilangan Vias. Vias adalah asset perusahaan kita yang berpotensi, tapi sayangnya dia memutuskan untuk keluar.”
“Iya Pak… maaf. Ini berkasnya pak.” Jawabku dengan menunduk.
“Ya karena Vias nggak da disini makanya Aila nggk semangat bos.”Salah satu karyawan menyelutuk di barengi tawaan beberapa karyawan lain yang ikut meeting, yang membuat aku salah tingkah dan wajah yang memerah.
“Benar Ai?”Tanya Bos lagi dengan becanda pula.
“Nggak pak.. “Jawabku malu-malu.
“Ya sudah… kita lanjutkan meetingnya.”Jawab si bos.
Selesai meeting, aku kembali keruanganku. Akupun mencari Rinda yang dari tadi tak tampak batang hidungnya.
“Buk…lihat Rinda nggak?”Tanyaku pada cleaning service yang lewat.
“Nggak mbak…”
“Makasih buk…”Aku masuk ke dalam ruangan sambil mengambil handphone yang dari tadi sama sekali nggak bunyi-bunyi. “Astagfirullah….”Aku kaget, banyak panggilan tak tejawab, notif bbm, aku lupa ternyata handphone aku silence. Pantas saja dari tadi tidak bunyi sama sekali. Setelah aku cek-cek handphone, notif bbm semua broadcast, panggilanpun nggak da yang penting, nomor yang tak dikenal. Aku memencet nomor Rinda….
“Hallo…”Jawab diseberang sana.
“Rin.. loe dimana?”
“Di resto dekat kantor, loe kesini aja. Udah kelar meeting kan?”
“Iya sich…. Lo sama siapa?” Tanyaku sambil bergegas mengambil tas.
“Gue sama Vias, kebetulan dia ngajakin gue makan.”
Setengah kaget dan meletakkan kembali tas “Owh….” Ketika aku mulai meyadari semua memang tak pernah ada diantara kita, aku terdiam sehingga Rinda meyadarkanku.
“Ai….jadikan loe kesini?”
“Hah? Kayaknya nggak jadi Rin, kebetulan bos kasih tugas mendadak ni.”Aku berusaha untuk berbohong.”Udah dulu ya.” Aku menutup telfon dengan perasaan kacau. Kenapa Vias tidak menghubungi aku? Apa memang dia benar-benar menjauhiku? Apa nggak bisa Vias telfon aku untuk ngajak makan siang? Apa Vias tak merindukan ku seperti aku merindukannya.
***  
            Selesai makan siang, Rinda masuk ruangan, aku berharap sekali Rinda menceritakan sesuatu tentang Vias, kabarnya atau apa saja lah.
            “Ai…”Sapa Rinda.
            “Ya…. Sudah selesai makan siangnya? Ya padahal mau nyusulin kesana.”Jawabku iseng.
            “Nggak yakin gue…” Rinda tertawa.
            “Kok gitu?”
            “Buktinya, tadi aja loe bohong… padahal nggak ada tugas dari bos.”
            “Tau dari mana lo?” Aku semakin mengelak.
            “Tadi gue ketemu cleaning service, gue tanyain loe, loe nya lagi makan siang sendirian di pantry.”
            “A ua ah…. “Aku menutup telinga mendengar ocehan Rinda sambil ketawa-ketawa.
            “Takut ketemu Vias? “
            “Takut? Takut kenapa?” Jawabku.
            “Takut benar-benar jatuh cinta….”Kali ini Rinda menggodaku habis-habisan.
            “Rinda….” Pekikku.
            “Oke Ai… loe sabar ya…”
            Keinginan untuk menanyakan kabar Vias aku sulutkan, karena nggak mungkin untuk kedua kalinya di isengi oleh Rinda. Aku benar-benar ingin melihatnya, sekali lagi untuk aku tau apakah dia masih sama dengan yang dulu?. Aku memutar play music di handphone, aku merindukannya, aku hanya bersembunyi di balik gengsiku.
            “Ai…”Panggil Rinda.
            “Ada apa?”Jawabku dengan memalingkan wajahku.
            “Hei… liat gue ngomong napa.”
            “Males….”
            “Jiah yang ngambek….gue mau kasih tau, kalau bos nyuruh loe pergi beli ini.”Sambil menunjukkan catatan yang mau dibeli.
            “Bagian umum kan ada… kenapa musti gue sich.”
            “Udah sana pergi…. Supir kantor udah nungguin loe di depan, dan ini uangnya.”
            ‘Iya…”Jawabku sambil malas-malasan. Aku melangkahkan kaki menuju parkiran, tiba-tiba ketemu bos di lobi.
            “Ai… jangan lupa ya.”
            “Lupa apa pak?”Tanyaku.
            “Tu kan… benar nich kata semua karyawan disini, kamu masih mikirin Vias.”
            “Kok Vias sich pak?”Tanyaku dengan keanehan.
            “Iya… jangan mikirin dia mulu…..jangan lupa beli semua yang ada dicatatan itu.”
            “Owh… iya pak.”Jawabku melangkah pergi.
            Aku bersama supir pergi ketempat yang dituju, tempat suppliyer yang biasa perusahaan mengambil barang. Setelah semua dirasa cukup, aku buru-buru untuk balik ke kantor lagi. Karena buru-buru aku tak sengaja menumpahkan barang-barang yang aku bawa.
            “Hati-hati…”Ada seseorang membantuku untuk membereskan barang-barang yang terjatuh.
            “Iya….”Jawabku. Aku kaget setengah mati ketika melihat yang di hadapanku, yang sedang membantuku. Aku bagaikan bermimpi untuk bertemu dia. “Vias…”Jawabku stelah tersadar dalam lamunan.
            “Gue bantu ya…”Vias membawakan barang-barang yang jatuh ke dalam mobil kantor sambil di bantu oleh supir. Setelah semua selesai, aku berusaha untuk menahan Vias agar bisa ngobrol dulu.
            “Terimakasih ya…”
            “Iya… kebetulan disini juga. Gue pamit ya.”Jawab Vias begitu dingin, tanpa menoleh ke arahku.
            “Sebentar….”
            “Ada apa?”Tanya Vias membalikkan badannya mengarahku.
            “Kita ngobrol sebentar.”Tawarku.
            “Lain kali saja….”
            “Okay…. Kenapa lo delete kontak gue di bbm?” Tanyaku.
            “Maaf…”
            “Owh… ya.”Aku hanya terdiam, kita berdua saling berdiam diri, aku merasa tak mengenalnya lagi, sikapnya yang sangat dingin.
            “Aku duluan…” Vias pergi sambil membalikkan badan dan melangkah pergi.
            “Ya…”Jawabku lirih. Tau kah kamu bagaimana perasaanku saat sudah lama tak saling sapa dan kita dipertemukan lagi dengan tak sengaja? Aku berusaha baik-baik saja di depanmu, aku berusaha menyembunyikan perasaanku kalau aku ingin memelukmu sekali saja dan bilang I miss you so much. Ya mungkin semua sudah berubah, kita diperkenalkan hanya sebatas rekan kerja tidak lebih.
            Aku melangkahkan kaki ke dalam mobil, mobil melaju cepat tak terasa aku telah sampai di kantor. Aku masuk kantor dan menghempaskan badan di kursi, pandanganku kosong menerawang entah kemana, memikirkan yang tak penting untuk difiirkan. Tiba-tiba Rinda sudah nongol di depanku.
            “Kenapa lo? Kecapek an ya?”
            “Nggak…. Hmm…”
            “Kenapa?”Tanya Rinda sambil duduk didekatku.
            “Gue tadi ketemu Vias…”Jawabku sambil menunduk.
            “Kok sedih? Bahagia dong.”
            “Kayaknya dia marah banget sama gue Rin, gue juga nggak ngerti kenapa dia begitu dingin terhadap gue.”
            “Hmmm… apa ya, gue bakal cerita sama loe, tapi apa kejujuran gue bisa loe terima?”
            “Maksud loe?”
            “Ya… gue udah janji sama Vias, buat nggak cerita sama loe. Tapi kalau kejujuran gue buat loe galau, gue nggak bakalan cerita.”
            “Gimana gue bisa bilang gue galau, sedangkan gue nggak tau loe mau cerita apa.”Jawabku
            “Okay…. Ada beberapa hal yang harus loe tau di balik sikap dinginnya.”
            “Apa…?”
            “Okay…. Gue akan cerita.” Jawab Rinda. Aku membetulkan posisi duduk mendengarkan penjelasan dari Rinda “Alasan dia keluar dari kantor ini, alasan sikap dinginnya ke loe karena…”Rinda terhenti menghela nafas panjang.
            “Karena…?”Aku mengulangi.
            “Karena dia nggak mau jatuh cinta sama loe…”
            “Apa? Lo jangan bercanda dech Rin.”
            “Tu kan…. Gue dibilang becanda. Nich gue kasih tau ya…. Bukannya selama ini loe udah sadar kalau Vias suka sama loe, trus kenapa loe kayak orang bloon setelah tau.”
            “Bukannya gitu… kemarin-kemarin kan hanya perasaan gue aja, kalau Vias suka sama gue, dan kagetlah kalau gue tau kenyataannya seperti ini.”
            “Iya… loe ingat nggak, beberapa hari ini gue selalu bawain loe susu strawberry.”
            “Iya… kan loe bilang sekalian beli makanan juga.”
            “Itu Vias yang nyuruh gue… “
            Aku kaget dan hampir tak percaya “Kenapa dia masih peduli sama gue? Kalau kenyataannya ketemu gue dingin banget.”
            “Seperti gue bilang tadi, dia nggak mau jatuh cinta sama loe. Dan dia nggak mau loe juga jatuh cinta sama dia. Loe tau kan perbedaan kalian terlalu jauh. Keyakinan yang memisahkan kalian berdua.’’
            “Gue…..” Aku hanya bisa terpaku.
            “Gue tau… kalian saling sayang. Tapi Vias nggak mau melukai hati loe dan hatinya karena nggak bisa di satukan. Vias pergi saat loe nggak tau sama sekali isi hatinya. Tapi dengan terpaksa gue yang bilang ke loe kalau Vias jatuh cinta sama loe. Dan jujur dia resign memang karena loe, karena dia nggak bisa liat loe marah dan bĂȘte karena kehadirannya.”
            “Rasa strawberry telah menghilangkan rasa coklat kesukaan gue…. Sekarang rasa strawberry juga akan hilang….? Bukankah hal seperti itu sering gue lakukan sama dia”
            “Iya, dia nggak mau liat senyum loe hilang saat loe marah sama dia. Dia bilang sama gue hal menyakitkan ketika dia menjadi alasan loe marah.”
            “Iya, gue tau gue salah.”
            “Dia akan selalu berusaha untuk menjadi teman loe.”
 “Teman? Tapi kenyataannya sekarang… akun social media gue di blokir, kontak bbm juga di delete.?”
            “Yang pasti dia melakukan hal ini agar loe nggak sakit hati, sikap dinginnya yang ditunjukkan ketika ketemu sama loe, dia hanya menyembunyikan perasaan cintanya sama loe, perasaan rindu yang teramat dalam sama loe. Apa yang loe rasakan sama dengan yang di rasakan. Tapi dia nggak mau terlalu jauh buat mengajak loe dan hatinya terlalu jauh untuk bersama.”
            “Gue tau Rin…. Saat kita berdua saling jatuh cinta dan berusaha memungkiri perasaan yang ada, apakah itu yang dinamakan cinta sejati? Karena menurut gue cinta sejati cinta yang hanya ada dalam hati bukan dalam kehidupan kita. Cinta yang takkan pernah bersatu di dunia.”
            “Sekarang apa loe masih mau marah sama Vias atas sikapnya? Apa loe masih galau dengan hal ini? Loe paham apa yang dilakukannya…. Dan loe pun berusaha untuk memahami keadaan ini kan? “
            “Gue hanya kecewa kenapa Vias tak mengatakan langsung…. Malah menghindar, maka dari itu gue galau nggak karuan.. gue merasa apa ya salah gue?”
            “Tuhan mempertemukan loe sama Vias, tuhan mengenalkan loe dengan Vias, tuhan memberikan perasaan antara loe dan Vias, itu semua bukan kebetulan. Pasti ada hikmah dibalik itu. Dan loe tau hikmahnya apa, loe bisa menyukai strawberry dan menghilangkan rasa coklat kesukaan loe. Dan itu berarti loe bisa menghikhlaskan mantan loe yang dulu menghkhianati loe.”
            “Iya… makasih ya Rin. Mungkin saat ini loe benar gue dan Vias nggak usah ketemu dulu.”
            “Okay. Loe udah tenang sekarang kan…gue lanjutin kerja dulu ya.” Rinda pergi dari ruangan.
            Mungkin benar aku dan Vias sedang jatuh cinta, mungkin benar Vias tak ingin merasakan sakit terlalu dalam. Mungkin benar perasaan ini harus dikubur dalam, ini hal yang tidak mungkin akan terjadi. Tapi trimakasih tuhan engkau berikan seseorang yang bisa menyembuhkan luka hatiku, dan menyukai strawberry, rasa yang tak pernah aku bayangkan untuk menyukainya. Trimakasih Tuhan engkau mengirimkan Vias mengisi hari-hariku walau hanya untuk teman. Terkadang seseorang diciptakan bukan untuk berada di dalam kehidupan kita, tapi hanya dalam hati kita. Dan Tuhan menciptakan Vias hanya untuk dalam hati.


The End