waroengbacafidri

Kamis, 15 September 2016

CerPen : Mendua


Mendua   
Oleh : Fidri Yuliyana,SE      


              Perjalanan cinta yang di bina bertahun-tahun seakan di ambang kehancuran. Apakah ini akhir dari kisah cinta kita yang kita bina selama ini? Inikah akhir dari perjuangan kita selama ini? Bertahun-tahun mencoba untuk menyatukan perasaan, bertahun-tahun untuk mendapakan restu kedua orang tua, apakah berakhir dengan kesia-siaan seperti ini ? ataukah tuhan tidak membuat kita berjodoh?. Dalam hal ini siapa yang harus aku persalahkan? Diriku, dirimu ataukah keadaan ini.
            Apa yang sudah kita lalui selama ini, haruskah sirna begitu saja? Kau yang membuat aku pergi, kau yang membuat aku menjauh. Semua seakan berubah setelah kau jauh dari kehidupanku. Iya, pertemuan yang intens membuat kita tak bisa jauh, dan sekarang harus dipisahkan oleh jarak. Dan salah satu komunikasi kita adalah udara. Awalnya aku berharap kau tak berubah setelah jauh, kau tetap menghubungiku sebagai ganti dari pertemuan. Mungkin awal-awalnya memang bejalan dengan lancar, tapi lama-kelamaan engkau berubah dengan sendirinya.
            “ Yank....”aku mengetik bbm di ponselku.
            “Ya yank… ada apa? Nanti aja ya bbmnya. Hari ini aku lembur. Nanti aku hubungi kamu, berkemungkinan aku pulang jam 10 malam. Kamu jangan tidur dulu.”
            “okey dech.’Jawabku, padahal aku ingin sekali bercerita tentang hari ini, tentang perasaan ku yang tengah galau.
            Jam sudah menunjukkan jam 22.00 dia belum menghubungiku, ataukah dia lupa, atau dia masih beres-beres dikantor untuk pulang. Mungkin sebentar lagi. Tak lama aku ketiduran, aku baru bangun jam 00.00 aku buru-buru cek handphone aku takut dia menelfon atau bbmku dari tadi. Tapi apa yang aku rasakan, hanya kekecewaan, tak ada panggilan masuk, ataupun bbm masuk. Bbm terakhir masih jam 18.00 saat dia memberitahuku untuk menunggunya pulang lembur.
            ‘Kamu nggak jadi kasih kabar ke aku yank?” aku kirim bbm. Lambang D, sepertinya tak kan dibalas. Aku kembali untuk tidur dan berharap besok pagi ada balasan. Masih sama, lambang D belum berubah menjadi lambang R. Perasaan kesal dari semalam sampai hari ini tak terbendung lagi. Aku langsung menelfonnya, tak di angkat juga.
            “Ókay… kalau begini caranya, aku capek, beberapa hari ini kamu seperti mengabaikan aku, kamu tak memperdulikan kabarku. Kalau memang ini keinginanmu, kita jalan sendiri-sendiri saja. Apagunanya kita masih melanjutkan hubungan ini jika yang berharap Cuma aku. Trimakasi atas cintamu selama ini, terimakasih atas pengorbananmu selama ini.’ Bbm terkirim. Kini aku tak beharap dia akan membalasnya.
            Aku berusaha melupakan semuanya, aku berharap ini jalan yang terbaik, ataukah mungkin ini memang takdir yang diberikan tuhan untuk aku dan dia. Tiba-tiba telfonku berdering tanda panggilan masuk, aku yang sedang banyak kerjaan tak bisa untuk angkat telfon.notif bbmpun kali ini terdengar sangat banyak. Aku baca satu per satu bbm darinya. Apa yang harus aku lakukan, kalau aku memang masih mencintainya, dan masih mengharapkannya jadi milikku, menjadi pendampingku, menjadi seseorang yang amat dia sayang.
            Kini dering telfonku berdering kembali, aku angkat dengan wajah yang ceria.
            ‘Hallo….”jawabku.
            ‘Hallo.. sayang kok ngomongnya gitu sich.’
            “Kamu yang mulai duluan, nggak kasih kabar sama sekali.”
            “Íya aku minta maaf… semalam karena udah kemalaman, aku fikir kamu sudah tidur jadi aku nggak kasih tau kamu. Dan paginya aku buru-buru ke kantor jadi aku nggak tau kalau kamu telfon aku. Maafin aku ya….”
            “Álasan kamu saja..”Jawabku pura-pura ngambek.
            “benar sayang…. Aku nggak bohong. Ya udah maafin aku ya. Aku nggak mau kehilangan kamu, kamu tau, aku kerja disini buat siapa…? Ini semua buat kamu, agar kita bisa menikah dengan kamu nantinya.”
            Ïya.. maafin aku ya.
            “Iya. Sekarang kamu jangan fikir macam-macam lagi ya.”
            Ïya cinta.”jawabku dengan bahagianya. Seakan kesalahan dia yang kemarin tak ada lagi dalam benakku.
            Tak berjalan lama, dia kembali mengacuhkanku, sekarang benar-benar tak ada kabar sama sekali. Bbm ataupun telfon tak ada lagi. Alasan dengan sibuk, apakah iya sesibuk itu sehinggak mengetik hai saja tak sempat pertanda dia masih ingat. Sesibuk-sibuknya orang pasti ada waktu untuk menyapa sedikit. Wajah murung dikantor mendapt perhatian dari teman-teman kantor.
            “Hai… kenapa?”Tanya salah satu teman kantorku.
            “Nggak kenapa-napa…”Jawabku.
            Dia karyawan baru di kantorku namanya Saga. Setiap hari ada saja tingkah Saga membuat aku tersenyum, perhatiannya dan sikapnya kepadaku membuat aku merasakan ada rasa yang lain sekedar teman kantor. Kasih sayang yang dulu aku dapatkan dari kekasihku, perhatian dan perlakuan istimewa seakan membuat aku jatuh cinta pada Saga. Hal inilah yang hilang dari beberapa bulan ini dari kekasihku dan aku dapatkan dari Saga.
            Aku tak boleh mendua, aku berusaha untuk tetap menjaga hatiku. Aku terus berusaha berfikir kalau kekasihku adalah yang terbaik bukan Saga yang baru beberapa bulan ini mendekatiku. Aku lebih sering menghubungi kekasihku, tapi apa yang terjadi hanya kesia-siaan. Dia sibuk dengan dunianya, dan mengabaikanku. Apakah benar dia menyayangiku? Kalau sayang kenapa tak ada kabar sama sekali, biasanya weekend selalu menyempatkan waktu untuk telfon, tapi sekarang, jangankan telfon, bbm saja hari ini terkirim besok baru dibalas.
            Saga semakin gencar mendekatiku, aku selalu tersenyum berada didekatnya, seakan kekasihku menghilang dari fikiranku. Panggilan sayang Saga, perhatiannya benar-benar telah membuat aku jatuh cinta, apakah ini tuhan yang engkau rencanakan. Engkau kirimkan Saga untuk menghapus kesedihanku. Ataukah ini ujian untuk cintaku?
            Aku semakin berani untuk mempubliskan kedekatanku dengan Saga, kami jalan berdua menikamti hari-hari bersama. Dia mengerti tentang kegelisahan hatiku. Tanpa terasa aku lupa sudah beberapa hari tak ada kabar dari kekasihku, dan dia tak merasa ada perubahan yang terjadi dalam hubungan kita.
            “ Apa memang tak ada lagi hubungan kita? Apa memang sudah tak ada waktu untukku? Apakah engkau tahu apa yang aku alami beberapa hari terakhir ini?” aku kirim bbm kepada kekasihku.
            “Maaf, mungkin aku melupakanmu untuk beberapa saat ini, karena aku membantu temanku, temanku butuh aku.”
            “Apa aku tak butuh denganmu? Begitu pentingkah temanmu, sehingga kamu mengabaikanku? “
            “Aku hanya minta pengertianmu, aku selesaikan dulu masalah temanku. Dan setelah itu aku akan selalu ada buat kamu.”
            “Äku rasa sudah telat. Mungkin kita harus intropeksi diri. Mulai sekarang fikirkanlah hubungan kita apa kita bisa lanjut atau tidak, kalau keadaannya seperti ini. Antara teman dan pasanganmu tak bisa kamu bedakan.’
            “Aku tau aku salah… tapi kamu jangan seperti ini. Aku capek.’
            Íya… capek, capek dengan keadaan yang selalu begini-begini saja, masalah yang itu-itu saja. Seakan tak ada habisnya buat dibahas. Sekarang aku hanya mau tenang. Kamu boleh cari kebahagianmu disana. Aku rasa aku udah nggak sanggup jika keadaannya seperti ini. Saat aku butuh kamu kamu nggak ada, aku maafkan kamu tak ada disisiku karna kita memang LDR tapi setidaknya kamu mendengarkan kegelisahanku. Maafkan aku jika saat menjadi pasanganmu aku membebanimu. “ Bbm ku terkirim.
            “Bukan ini yang aku inginkan.”
            “Maafkan aku…’’
            Aku tak tau apakah ini akhir dari kisah cintaku ataukah ini hanya sementara. Aku harap kita bisa bahagia dengan kehidupan masing-masing. Mungkin kita belum dewasa untuk menyikapi masalah yang seperti ini. Ataukah ini jawaban tuhan atas semua yang terjadi, restu yang tak kunjung datang dari orang tua, meskipun kini perlahan orang tua tak menentang seperti dulu. Jika kita memang jodoh, aku dan kamu akan bersama di waktu yang tepat, tak kan ada satu manusiapun yang bisa merubahnya. Semoga bahagia.

The End

CerPen : Saat kau memutuskan pergi



SAAT KAU MEMUTUSKAN PERGI
Oleh : Fidri Yuliyana,SE

            Tak pernah aku membayangkan ini akan terjadi. Hidup seakan tak bernyawa, inikah yang dinamakan patah hati karena cinta sejati. Sekian lama cinta hadir, baru kali ini cinta membuat hatiku kosong, hidupku hampa entah apa yang bisa aku katakan ketika mengungkapkan perasaan yang berkecamuk di dalam hati ini. Dia adalah orang yang selalu membuatku menjadi wanita istimewa, menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.
            Cinta yang aku punya, kasih sayang yang aku berikan seolah tak pernah berarti lagi setelah dia pergi, pergi dan kembali. Inikah cinta gila yang aku punya selama ini, inikah cinta yang akan membunuhku? Rasanya berat untuk aku ungkap perasaan apa yang aku rasakan saat ini. Memutuskan untuk jatuh cinta denganmu adalah hal yang tak pernah salah aku lakukan, tapi salah di mata orang lain.
            Semua hal yang indah selalu aku lakukan agar kau tetap disampingku, menggenggam tanganku untuk melangkah bersama menuju masa depan. Hal ini indah bila kita berdua menjalani, tapi semua seakan sirna setelah semua berakhir dengan luka. Luka yang tak kan bisa aku sembuhkan sendiri tanpa bantuanmu. Engkau pergi tanpa alasan. Semula tak pernah terjadi apa-apa diantara kita, kita masih merasa ada cinta diantara kita, tapi tiba-tiba semua berubah, berubah entah kenapa komuniksi kita tak selancar dulu, telfon sering tak dijawab, bbmpun sering tak dibalas, apa yang terjadi? Apa salahku? Ini ada apa? Nggak ada hujan, nggak ada petir semua seakan menghilang begitu saja tanpa ada penjelasan.
            “Yank, kamu kenapa? Aku ada salah?”
            Bbm terkirim, tak jua ada respon, berkali-kali aku telfon tak pernah ada jawaban. Harus kemana aku pergi mengadu, kalau keadaannya seperti ini.
            “Yank, kenapa? Kamu sibuk? Aku ganggu kamu? Atau kamu ada masalah? Cerita dunk, jangan seperti ini, jangan buat aku bingung seperti ini. Aku nggak tau musti ngapain lagi. Aku capek.”
            Bbm terkirim lagi, masih seperti biasa nggak da respon Cuma di read saja. Aku lelah dengan semua yang terjadi. Semua seakan salahku. Aku menyerah dengan semua ini. Menyerah dengan keadaan ini.
            “Okay... ini bbm terakhir dari aku. Aku minta maaf kalau aku ada salah, aku capek aku sudah nggak tau lagi harus bagaimana, aku didiamkan tanpa sebab seperti ini. Mungkin memang ada wanita lain yang bisa membahagiakanmu. Maaf kalau selama ini aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu. Aku hanya bilang Aku cinta kamu. Aku pergi.”
            Aku kirim, masih seperti yang biasa hanya di read. Mungkin ini memang jalannya. Aku dan kau sudah tak bisa lagi bersama. Memang, setelah apa yang terjadi. Kau memutuskan untuk pergi dariku, kau pilih hati yang lain untuk mengisi hidupmu. Disini aku hanya bisa membisu melihat apa yang terjadi, aku seperti wanita bodoh yang menunggu salju di musim panas.
            Sakit memang melihat orang yang sangat dicintai, memilih pergi bersama yang lain tanpa ada kejelasan apapun. Aku masih berharap kau kembali, ini hanya kekhilafanmu. Ini bukan dirimu yang aku kenal. Tapi aku salah, semua kenyataannya benar. Kau benar-benar pergi dari hidupku, dan bahagia dengannya. Haruskah aku ikhlaskan dirimu dengan yang lain, sedangkan disini kau pernah berjanji untuk merangkai masa depan bersamaku.
            Kini hidupku terasa hancur, aku berusaha untuk mengumpulkan kepingan-kepingan hatiku yang berserakan karnamu. Aku berusaha mengikhlaskan engkau pergi. Aku tak kan pernah tau engkau akan kembali atau akan hilang untuk selamanya dalam hidupku.
            Seiring waktu berjalan, semua perlahan-lahan aku lupakan. Luka yang berdarah telah aku obati, meskipun masih ada bekas luka yang terlihat. Entah takdir atau memang tuhan sengaja untuk menyatukan aku dan kau kembali. Kau datang lagi dengan membawa cinta yang dulu kita miliki.
            “hai... kamu apa kabar?” dia menghubungiku
            “baik... kamu?
            “Baik juga... kamu kenapa nggak pernah hubungi aku lagi?”
            Aku kaget mendengar ucapannya, aku kaget mendengar pertanyaannya. “ lah, bukannya kamu yang memutuskan hubungan kita tanpa penjelasan, percuma buat menghubungimu, toh kamu juga tidak ada membalas bbm atau menemuiku.”
            “Maaf... aku memang salah.”
            “Ya, sudah aku maafkan”
            “ Apa kamu masih mencintai aku?”
            “Menurut kamu haruskan aku menjawab pertanyaanmu itu?” aku menahan amarah yang ingin kutumpahkan dari dulu.
              Aku ingin mendengar jawabanmu.”
            “ Semua percuma, semuanya nggak penting lagi untuk dijawab. Apa gunanya kamu menanyakan itu kepadaku?” aku sedikit terisak.
            “Aku masih mencintaimu.”
            Aku kaget dengan pernyataan kalau dia masih mencintaiku.
            “Apa...?” Aku ingin dia mengulangi kata-katanya yang baru saja dia ucapkan.
            “ Jangan pura-pura nggak dengar dech.”
            Aku merasakan kembali dia vias ku, vias ku yang jenaka, vias ku yang membuat aku terbuai dengan perkataannya. Aku merasakan cintaku kembali, apakah ini benar takdir tuhan yang menuntunnya kembali kepelukanku?.
            “Aku memastikan saja, kalau aku nggak salah dengar.” Candaku.
            “Maafkan atas kesalahanku. Aku tau aku salah, aku sudah meninggalkan kamu tanpa alasan apapun, aku khilaf. Kamu mau kan maafin aku?”
            “ Aku sudah memafkan kamu dari dulu.”
            “Apa kamu masih mencintaiku?” Pertanyaan itu kembali dia lontarkan.
            “Aku nggak tau, apakah aku masih mencintaimu atau tidak. Aku hanya menjaga perasaan hatiku, perasaan yang takut akan luka kembali.”
            “Aku tau, tapi satu hal yang perlu kamu tau, aku tak kan pernah menyerah untuk mendapatkan cintamu lagi.”
            “ Trus, pacar kamu bagaimana?”
            “Aku sudah putus, aku tidak bisa melupakan kamu. Ini hanya kekhilafanku saja.”
            “Ya, sebuah kekhilafan, sehingga engkau tega membuat aku menangis. Kamu tega melihat aku menangis, kamu lebih tega membuat aku menderita. Kamu tak pernah tau, apa yang aku perjuangkan disini, kamu pergi dengan sesuka hatimu, dan kamu juga kembali dengan sesuka hatimu. Kamu tak pernah tau, bagaimana aku melupakanmu.” Kini air mataku mulai mengalir.
            “Maafkan aku...”
            “Hanya maaf.... ya....aku tau.”
            Vias datang lagi, setelah aku mati-matian melupakannya. Dia tak pernah tau bagaimana aku berusaha untuk melupakannya. Komunikasi kita kembali intens, vias ku yang dulu kembali, tanpa terasa aku dan vias kembali merasa nyaman jika berdua kembali bersama. Aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang yang sama, ya vias kembali membuat aku jatuh dalam pelukannya. Tak ada yang berubah semua masih sama, sayangnya, cintanya, ya dia memang viasku. Tapi itu tak bertahan lama setelah dia kembali unutk kedua kalinya meninggalkan aku pergi tanpa alasan.
            Seakan dunia terasa berguncang, Vias meninggalkanku lagi untuk kesekian kalinya demi cinta yang lain, tak bisakah kau melihat cinta ku yang tulus ini. Setelah aku berjuang mati-matian untuk menyembuhkan lukaku, engkau datang kepadaku menawarkan cinta abadi, dan sekarang kau buat luka itu berdarah kembali. Oh tuhan… kenapa vias melakukan ini kepadaku. Tidakkah cukup untuknya cinta yang aku berikan.
            Semua kembali ke awal, aku tetap berjalan dengan kesendirianku menyembuhkan luka yang berkali-kali kau sirami dengan cuka, dan kau tetap dengan kebahagiaanmu bersama dia yang telah merebutmu dariku. Merebut cinta kita dengan tidak fair. Ya, semoga engkau bahagia dengan pilihanmu, kau sendiri yang memutuskan untuk pergi dari diriku. Aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu. Dan disini aku mencoba untuk move on, bukan melupakanmu atau menggantikan kamu dengan orang lain, tapi move on adalah aku akan mencoba untuk memaafkan diriku dan mengikhlasknmu untuk orang lain.

The end