Mendua
Oleh : Fidri Yuliyana,SE
Perjalanan
cinta yang di bina bertahun-tahun seakan di ambang kehancuran. Apakah ini akhir
dari kisah cinta kita yang kita bina selama ini? Inikah akhir dari perjuangan
kita selama ini? Bertahun-tahun mencoba untuk menyatukan perasaan,
bertahun-tahun untuk mendapakan restu kedua orang tua, apakah berakhir dengan
kesia-siaan seperti ini ? ataukah tuhan tidak membuat kita berjodoh?. Dalam hal
ini siapa yang harus aku persalahkan? Diriku, dirimu ataukah keadaan ini.
Apa yang sudah kita lalui selama
ini, haruskah sirna begitu saja? Kau yang membuat aku pergi, kau yang membuat
aku menjauh. Semua seakan berubah setelah kau jauh dari kehidupanku. Iya,
pertemuan yang intens membuat kita tak bisa jauh, dan sekarang harus dipisahkan
oleh jarak. Dan salah satu komunikasi kita adalah udara. Awalnya aku berharap
kau tak berubah setelah jauh, kau tetap menghubungiku sebagai ganti dari
pertemuan. Mungkin awal-awalnya memang bejalan dengan lancar, tapi lama-kelamaan
engkau berubah dengan sendirinya.
“ Yank....”aku mengetik bbm di
ponselku.
“Ya yank… ada apa? Nanti aja ya
bbmnya. Hari ini aku lembur. Nanti aku hubungi kamu, berkemungkinan aku pulang
jam 10 malam. Kamu jangan tidur dulu.”
“okey dech.’Jawabku, padahal aku
ingin sekali bercerita tentang hari ini, tentang perasaan ku yang tengah galau.
Jam sudah menunjukkan jam 22.00 dia
belum menghubungiku, ataukah dia lupa, atau dia masih beres-beres dikantor
untuk pulang. Mungkin sebentar lagi. Tak lama aku ketiduran, aku baru bangun
jam 00.00 aku buru-buru cek handphone aku takut dia menelfon atau bbmku dari
tadi. Tapi apa yang aku rasakan, hanya kekecewaan, tak ada panggilan masuk,
ataupun bbm masuk. Bbm terakhir masih jam 18.00 saat dia memberitahuku untuk
menunggunya pulang lembur.
‘Kamu nggak jadi kasih kabar ke aku
yank?” aku kirim bbm. Lambang D, sepertinya tak kan dibalas. Aku kembali untuk
tidur dan berharap besok pagi ada balasan. Masih sama, lambang D belum berubah
menjadi lambang R. Perasaan kesal dari semalam sampai hari ini tak terbendung
lagi. Aku langsung menelfonnya, tak di angkat juga.
“Ókay… kalau begini caranya, aku
capek, beberapa hari ini kamu seperti mengabaikan aku, kamu tak memperdulikan
kabarku. Kalau memang ini keinginanmu, kita jalan sendiri-sendiri saja.
Apagunanya kita masih melanjutkan hubungan ini jika yang berharap Cuma aku.
Trimakasi atas cintamu selama ini, terimakasih atas pengorbananmu selama ini.’
Bbm terkirim. Kini aku tak beharap dia akan membalasnya.
Aku berusaha melupakan semuanya, aku
berharap ini jalan yang terbaik, ataukah mungkin ini memang takdir yang
diberikan tuhan untuk aku dan dia. Tiba-tiba telfonku berdering tanda panggilan
masuk, aku yang sedang banyak kerjaan tak bisa untuk angkat telfon.notif bbmpun
kali ini terdengar sangat banyak. Aku baca satu per satu bbm darinya. Apa yang
harus aku lakukan, kalau aku memang masih mencintainya, dan masih
mengharapkannya jadi milikku, menjadi pendampingku, menjadi seseorang yang amat
dia sayang.
Kini dering telfonku berdering
kembali, aku angkat dengan wajah yang ceria.
‘Hallo….”jawabku.
‘Hallo.. sayang kok ngomongnya gitu
sich.’
“Kamu yang mulai duluan, nggak kasih
kabar sama sekali.”
“Íya aku minta maaf… semalam karena
udah kemalaman, aku fikir kamu sudah tidur jadi aku nggak kasih tau kamu. Dan
paginya aku buru-buru ke kantor jadi aku nggak tau kalau kamu telfon aku.
Maafin aku ya….”
“Álasan kamu saja..”Jawabku
pura-pura ngambek.
“benar sayang…. Aku nggak bohong. Ya
udah maafin aku ya. Aku nggak mau kehilangan kamu, kamu tau, aku kerja disini
buat siapa…? Ini semua buat kamu, agar kita bisa menikah dengan kamu nantinya.”
Ïya.. maafin aku ya.
“Iya. Sekarang kamu jangan fikir
macam-macam lagi ya.”
Ïya cinta.”jawabku dengan bahagianya.
Seakan kesalahan dia yang kemarin tak ada lagi dalam benakku.
Tak berjalan lama, dia kembali
mengacuhkanku, sekarang benar-benar tak ada kabar sama sekali. Bbm ataupun
telfon tak ada lagi. Alasan dengan sibuk, apakah iya sesibuk itu sehinggak
mengetik hai saja tak sempat pertanda dia masih ingat. Sesibuk-sibuknya orang
pasti ada waktu untuk menyapa sedikit. Wajah murung dikantor mendapt perhatian
dari teman-teman kantor.
“Hai… kenapa?”Tanya salah satu teman
kantorku.
“Nggak kenapa-napa…”Jawabku.
Dia karyawan baru di kantorku
namanya Saga. Setiap hari ada saja tingkah Saga membuat aku tersenyum,
perhatiannya dan sikapnya kepadaku membuat aku merasakan ada rasa yang lain
sekedar teman kantor. Kasih sayang yang dulu aku dapatkan dari kekasihku,
perhatian dan perlakuan istimewa seakan membuat aku jatuh cinta pada Saga. Hal
inilah yang hilang dari beberapa bulan ini dari kekasihku dan aku dapatkan dari
Saga.
Aku tak boleh mendua, aku berusaha
untuk tetap menjaga hatiku. Aku terus berusaha berfikir kalau kekasihku adalah
yang terbaik bukan Saga yang baru beberapa bulan ini mendekatiku. Aku lebih
sering menghubungi kekasihku, tapi apa yang terjadi hanya kesia-siaan. Dia sibuk
dengan dunianya, dan mengabaikanku. Apakah benar dia menyayangiku? Kalau sayang
kenapa tak ada kabar sama sekali, biasanya weekend selalu menyempatkan waktu
untuk telfon, tapi sekarang, jangankan telfon, bbm saja hari ini terkirim besok
baru dibalas.
Saga semakin gencar mendekatiku, aku
selalu tersenyum berada didekatnya, seakan kekasihku menghilang dari fikiranku.
Panggilan sayang Saga, perhatiannya benar-benar telah membuat aku jatuh cinta,
apakah ini tuhan yang engkau rencanakan. Engkau kirimkan Saga untuk menghapus
kesedihanku. Ataukah ini ujian untuk cintaku?
Aku semakin berani untuk
mempubliskan kedekatanku dengan Saga, kami jalan berdua menikamti hari-hari
bersama. Dia mengerti tentang kegelisahan hatiku. Tanpa terasa aku lupa sudah
beberapa hari tak ada kabar dari kekasihku, dan dia tak merasa ada perubahan
yang terjadi dalam hubungan kita.
“ Apa memang tak ada lagi hubungan
kita? Apa memang sudah tak ada waktu untukku? Apakah engkau tahu apa yang aku
alami beberapa hari terakhir ini?” aku kirim bbm kepada kekasihku.
“Maaf, mungkin aku melupakanmu untuk
beberapa saat ini, karena aku membantu temanku, temanku butuh aku.”
“Apa aku tak butuh denganmu? Begitu
pentingkah temanmu, sehingga kamu mengabaikanku? “
“Aku hanya minta pengertianmu, aku
selesaikan dulu masalah temanku. Dan setelah itu aku akan selalu ada buat
kamu.”
“Äku rasa sudah telat. Mungkin kita
harus intropeksi diri. Mulai sekarang fikirkanlah hubungan kita apa kita bisa
lanjut atau tidak, kalau keadaannya seperti ini. Antara teman dan pasanganmu
tak bisa kamu bedakan.’
“Aku tau aku salah… tapi kamu jangan
seperti ini. Aku capek.’
Íya… capek, capek dengan keadaan
yang selalu begini-begini saja, masalah yang itu-itu saja. Seakan tak ada
habisnya buat dibahas. Sekarang aku hanya mau tenang. Kamu boleh cari
kebahagianmu disana. Aku rasa aku udah nggak sanggup jika keadaannya seperti
ini. Saat aku butuh kamu kamu nggak ada, aku maafkan kamu tak ada disisiku
karna kita memang LDR tapi setidaknya kamu mendengarkan kegelisahanku. Maafkan
aku jika saat menjadi pasanganmu aku membebanimu. “ Bbm ku terkirim.
“Bukan ini yang aku inginkan.”
“Maafkan aku…’’
Aku tak tau apakah ini akhir dari
kisah cintaku ataukah ini hanya sementara. Aku harap kita bisa bahagia dengan
kehidupan masing-masing. Mungkin kita belum dewasa untuk menyikapi masalah yang
seperti ini. Ataukah ini jawaban tuhan atas semua yang terjadi, restu yang tak
kunjung datang dari orang tua, meskipun kini perlahan orang tua tak menentang
seperti dulu. Jika kita memang jodoh, aku dan kamu akan bersama di waktu yang
tepat, tak kan ada satu manusiapun yang bisa merubahnya. Semoga bahagia.
The
End