waroengbacafidri

Kamis, 15 September 2016

CerPen : Saat kau memutuskan pergi



SAAT KAU MEMUTUSKAN PERGI
Oleh : Fidri Yuliyana,SE

            Tak pernah aku membayangkan ini akan terjadi. Hidup seakan tak bernyawa, inikah yang dinamakan patah hati karena cinta sejati. Sekian lama cinta hadir, baru kali ini cinta membuat hatiku kosong, hidupku hampa entah apa yang bisa aku katakan ketika mengungkapkan perasaan yang berkecamuk di dalam hati ini. Dia adalah orang yang selalu membuatku menjadi wanita istimewa, menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.
            Cinta yang aku punya, kasih sayang yang aku berikan seolah tak pernah berarti lagi setelah dia pergi, pergi dan kembali. Inikah cinta gila yang aku punya selama ini, inikah cinta yang akan membunuhku? Rasanya berat untuk aku ungkap perasaan apa yang aku rasakan saat ini. Memutuskan untuk jatuh cinta denganmu adalah hal yang tak pernah salah aku lakukan, tapi salah di mata orang lain.
            Semua hal yang indah selalu aku lakukan agar kau tetap disampingku, menggenggam tanganku untuk melangkah bersama menuju masa depan. Hal ini indah bila kita berdua menjalani, tapi semua seakan sirna setelah semua berakhir dengan luka. Luka yang tak kan bisa aku sembuhkan sendiri tanpa bantuanmu. Engkau pergi tanpa alasan. Semula tak pernah terjadi apa-apa diantara kita, kita masih merasa ada cinta diantara kita, tapi tiba-tiba semua berubah, berubah entah kenapa komuniksi kita tak selancar dulu, telfon sering tak dijawab, bbmpun sering tak dibalas, apa yang terjadi? Apa salahku? Ini ada apa? Nggak ada hujan, nggak ada petir semua seakan menghilang begitu saja tanpa ada penjelasan.
            “Yank, kamu kenapa? Aku ada salah?”
            Bbm terkirim, tak jua ada respon, berkali-kali aku telfon tak pernah ada jawaban. Harus kemana aku pergi mengadu, kalau keadaannya seperti ini.
            “Yank, kenapa? Kamu sibuk? Aku ganggu kamu? Atau kamu ada masalah? Cerita dunk, jangan seperti ini, jangan buat aku bingung seperti ini. Aku nggak tau musti ngapain lagi. Aku capek.”
            Bbm terkirim lagi, masih seperti biasa nggak da respon Cuma di read saja. Aku lelah dengan semua yang terjadi. Semua seakan salahku. Aku menyerah dengan semua ini. Menyerah dengan keadaan ini.
            “Okay... ini bbm terakhir dari aku. Aku minta maaf kalau aku ada salah, aku capek aku sudah nggak tau lagi harus bagaimana, aku didiamkan tanpa sebab seperti ini. Mungkin memang ada wanita lain yang bisa membahagiakanmu. Maaf kalau selama ini aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu. Aku hanya bilang Aku cinta kamu. Aku pergi.”
            Aku kirim, masih seperti yang biasa hanya di read. Mungkin ini memang jalannya. Aku dan kau sudah tak bisa lagi bersama. Memang, setelah apa yang terjadi. Kau memutuskan untuk pergi dariku, kau pilih hati yang lain untuk mengisi hidupmu. Disini aku hanya bisa membisu melihat apa yang terjadi, aku seperti wanita bodoh yang menunggu salju di musim panas.
            Sakit memang melihat orang yang sangat dicintai, memilih pergi bersama yang lain tanpa ada kejelasan apapun. Aku masih berharap kau kembali, ini hanya kekhilafanmu. Ini bukan dirimu yang aku kenal. Tapi aku salah, semua kenyataannya benar. Kau benar-benar pergi dari hidupku, dan bahagia dengannya. Haruskah aku ikhlaskan dirimu dengan yang lain, sedangkan disini kau pernah berjanji untuk merangkai masa depan bersamaku.
            Kini hidupku terasa hancur, aku berusaha untuk mengumpulkan kepingan-kepingan hatiku yang berserakan karnamu. Aku berusaha mengikhlaskan engkau pergi. Aku tak kan pernah tau engkau akan kembali atau akan hilang untuk selamanya dalam hidupku.
            Seiring waktu berjalan, semua perlahan-lahan aku lupakan. Luka yang berdarah telah aku obati, meskipun masih ada bekas luka yang terlihat. Entah takdir atau memang tuhan sengaja untuk menyatukan aku dan kau kembali. Kau datang lagi dengan membawa cinta yang dulu kita miliki.
            “hai... kamu apa kabar?” dia menghubungiku
            “baik... kamu?
            “Baik juga... kamu kenapa nggak pernah hubungi aku lagi?”
            Aku kaget mendengar ucapannya, aku kaget mendengar pertanyaannya. “ lah, bukannya kamu yang memutuskan hubungan kita tanpa penjelasan, percuma buat menghubungimu, toh kamu juga tidak ada membalas bbm atau menemuiku.”
            “Maaf... aku memang salah.”
            “Ya, sudah aku maafkan”
            “ Apa kamu masih mencintai aku?”
            “Menurut kamu haruskan aku menjawab pertanyaanmu itu?” aku menahan amarah yang ingin kutumpahkan dari dulu.
              Aku ingin mendengar jawabanmu.”
            “ Semua percuma, semuanya nggak penting lagi untuk dijawab. Apa gunanya kamu menanyakan itu kepadaku?” aku sedikit terisak.
            “Aku masih mencintaimu.”
            Aku kaget dengan pernyataan kalau dia masih mencintaiku.
            “Apa...?” Aku ingin dia mengulangi kata-katanya yang baru saja dia ucapkan.
            “ Jangan pura-pura nggak dengar dech.”
            Aku merasakan kembali dia vias ku, vias ku yang jenaka, vias ku yang membuat aku terbuai dengan perkataannya. Aku merasakan cintaku kembali, apakah ini benar takdir tuhan yang menuntunnya kembali kepelukanku?.
            “Aku memastikan saja, kalau aku nggak salah dengar.” Candaku.
            “Maafkan atas kesalahanku. Aku tau aku salah, aku sudah meninggalkan kamu tanpa alasan apapun, aku khilaf. Kamu mau kan maafin aku?”
            “ Aku sudah memafkan kamu dari dulu.”
            “Apa kamu masih mencintaiku?” Pertanyaan itu kembali dia lontarkan.
            “Aku nggak tau, apakah aku masih mencintaimu atau tidak. Aku hanya menjaga perasaan hatiku, perasaan yang takut akan luka kembali.”
            “Aku tau, tapi satu hal yang perlu kamu tau, aku tak kan pernah menyerah untuk mendapatkan cintamu lagi.”
            “ Trus, pacar kamu bagaimana?”
            “Aku sudah putus, aku tidak bisa melupakan kamu. Ini hanya kekhilafanku saja.”
            “Ya, sebuah kekhilafan, sehingga engkau tega membuat aku menangis. Kamu tega melihat aku menangis, kamu lebih tega membuat aku menderita. Kamu tak pernah tau, apa yang aku perjuangkan disini, kamu pergi dengan sesuka hatimu, dan kamu juga kembali dengan sesuka hatimu. Kamu tak pernah tau, bagaimana aku melupakanmu.” Kini air mataku mulai mengalir.
            “Maafkan aku...”
            “Hanya maaf.... ya....aku tau.”
            Vias datang lagi, setelah aku mati-matian melupakannya. Dia tak pernah tau bagaimana aku berusaha untuk melupakannya. Komunikasi kita kembali intens, vias ku yang dulu kembali, tanpa terasa aku dan vias kembali merasa nyaman jika berdua kembali bersama. Aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang yang sama, ya vias kembali membuat aku jatuh dalam pelukannya. Tak ada yang berubah semua masih sama, sayangnya, cintanya, ya dia memang viasku. Tapi itu tak bertahan lama setelah dia kembali unutk kedua kalinya meninggalkan aku pergi tanpa alasan.
            Seakan dunia terasa berguncang, Vias meninggalkanku lagi untuk kesekian kalinya demi cinta yang lain, tak bisakah kau melihat cinta ku yang tulus ini. Setelah aku berjuang mati-matian untuk menyembuhkan lukaku, engkau datang kepadaku menawarkan cinta abadi, dan sekarang kau buat luka itu berdarah kembali. Oh tuhan… kenapa vias melakukan ini kepadaku. Tidakkah cukup untuknya cinta yang aku berikan.
            Semua kembali ke awal, aku tetap berjalan dengan kesendirianku menyembuhkan luka yang berkali-kali kau sirami dengan cuka, dan kau tetap dengan kebahagiaanmu bersama dia yang telah merebutmu dariku. Merebut cinta kita dengan tidak fair. Ya, semoga engkau bahagia dengan pilihanmu, kau sendiri yang memutuskan untuk pergi dari diriku. Aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu. Dan disini aku mencoba untuk move on, bukan melupakanmu atau menggantikan kamu dengan orang lain, tapi move on adalah aku akan mencoba untuk memaafkan diriku dan mengikhlasknmu untuk orang lain.

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar