SAAT
KAU MEMUTUSKAN PERGI
Oleh : Fidri Yuliyana,SE
Tak pernah aku membayangkan ini akan
terjadi. Hidup seakan tak bernyawa, inikah yang dinamakan patah hati karena
cinta sejati. Sekian lama cinta hadir, baru kali ini cinta membuat hatiku
kosong, hidupku hampa entah apa yang bisa aku katakan ketika mengungkapkan
perasaan yang berkecamuk di dalam hati ini. Dia adalah orang yang selalu
membuatku menjadi wanita istimewa, menjadi wanita paling beruntung di dunia
ini.
Cinta yang aku punya, kasih sayang
yang aku berikan seolah tak pernah berarti lagi setelah dia pergi, pergi dan
kembali. Inikah cinta gila yang aku punya selama ini, inikah cinta yang akan
membunuhku? Rasanya berat untuk aku ungkap perasaan apa yang aku rasakan saat
ini. Memutuskan untuk jatuh cinta denganmu adalah hal yang tak pernah salah aku
lakukan, tapi salah di mata orang lain.
Semua hal yang indah selalu aku
lakukan agar kau tetap disampingku, menggenggam tanganku untuk melangkah
bersama menuju masa depan. Hal ini indah bila kita berdua menjalani, tapi semua
seakan sirna setelah semua berakhir dengan luka. Luka yang tak kan bisa aku
sembuhkan sendiri tanpa bantuanmu. Engkau pergi tanpa alasan. Semula tak pernah
terjadi apa-apa diantara kita, kita masih merasa ada cinta diantara kita, tapi
tiba-tiba semua berubah, berubah entah kenapa komuniksi kita tak selancar dulu,
telfon sering tak dijawab, bbmpun sering tak dibalas, apa yang terjadi? Apa
salahku? Ini ada apa? Nggak ada hujan, nggak ada petir semua seakan menghilang
begitu saja tanpa ada penjelasan.
“Yank, kamu kenapa? Aku ada salah?”
Bbm terkirim, tak jua ada respon,
berkali-kali aku telfon tak pernah ada jawaban. Harus kemana aku pergi mengadu,
kalau keadaannya seperti ini.
“Yank, kenapa? Kamu sibuk? Aku
ganggu kamu? Atau kamu ada masalah? Cerita dunk, jangan seperti ini, jangan
buat aku bingung seperti ini. Aku nggak tau musti ngapain lagi. Aku capek.”
Bbm terkirim lagi, masih seperti
biasa nggak da respon Cuma di read saja. Aku lelah dengan semua yang terjadi.
Semua seakan salahku. Aku menyerah dengan semua ini. Menyerah dengan keadaan
ini.
“Okay... ini bbm terakhir dari aku.
Aku minta maaf kalau aku ada salah, aku capek aku sudah nggak tau lagi harus
bagaimana, aku didiamkan tanpa sebab seperti ini. Mungkin memang ada wanita
lain yang bisa membahagiakanmu. Maaf kalau selama ini aku tidak bisa memberikan
kebahagiaan untukmu. Aku hanya bilang Aku cinta kamu. Aku pergi.”
Aku kirim, masih seperti yang biasa
hanya di read. Mungkin ini memang jalannya. Aku dan kau sudah tak bisa lagi
bersama. Memang, setelah apa yang terjadi. Kau memutuskan untuk pergi dariku,
kau pilih hati yang lain untuk mengisi hidupmu. Disini aku hanya bisa membisu
melihat apa yang terjadi, aku seperti wanita bodoh yang menunggu salju di musim
panas.
Sakit memang melihat orang yang
sangat dicintai, memilih pergi bersama yang lain tanpa ada kejelasan apapun.
Aku masih berharap kau kembali, ini hanya kekhilafanmu. Ini bukan dirimu yang
aku kenal. Tapi aku salah, semua kenyataannya benar. Kau benar-benar pergi dari
hidupku, dan bahagia dengannya. Haruskah aku ikhlaskan dirimu dengan yang lain,
sedangkan disini kau pernah berjanji untuk merangkai masa depan bersamaku.
Kini hidupku terasa hancur, aku
berusaha untuk mengumpulkan kepingan-kepingan hatiku yang berserakan karnamu.
Aku berusaha mengikhlaskan engkau pergi. Aku tak kan pernah tau engkau akan
kembali atau akan hilang untuk selamanya dalam hidupku.
Seiring waktu berjalan, semua
perlahan-lahan aku lupakan. Luka yang berdarah telah aku obati, meskipun masih
ada bekas luka yang terlihat. Entah takdir atau memang tuhan sengaja untuk
menyatukan aku dan kau
kembali. Kau
datang lagi dengan
membawa cinta yang dulu kita miliki.
“hai... kamu apa kabar?” dia menghubungiku
“baik... kamu?
“Baik juga... kamu kenapa nggak
pernah hubungi aku lagi?”
Aku kaget mendengar ucapannya, aku
kaget mendengar pertanyaannya. “ lah, bukannya kamu yang memutuskan hubungan
kita tanpa penjelasan, percuma buat menghubungimu, toh kamu juga tidak ada
membalas bbm atau menemuiku.”
“Maaf... aku memang salah.”
“Ya, sudah aku maafkan”
“ Apa kamu masih mencintai aku?”
“Menurut kamu haruskan aku menjawab
pertanyaanmu itu?” aku menahan amarah yang ingin kutumpahkan dari dulu.
“
Aku ingin mendengar jawabanmu.”
“ Semua percuma, semuanya nggak
penting lagi untuk dijawab. Apa gunanya kamu menanyakan itu kepadaku?” aku
sedikit terisak.
“Aku masih mencintaimu.”
Aku kaget dengan pernyataan kalau
dia masih mencintaiku.
“Apa...?” Aku ingin dia mengulangi kata-katanya
yang baru saja
dia ucapkan.
“ Jangan pura-pura nggak dengar dech.”
Aku merasakan kembali dia vias ku,
vias ku yang jenaka, vias ku yang membuat aku terbuai dengan perkataannya. Aku merasakan
cintaku kembali, apakah ini benar takdir tuhan yang menuntunnya kembali
kepelukanku?.
“Aku memastikan saja, kalau aku
nggak salah dengar.” Candaku.
“Maafkan atas kesalahanku. Aku tau
aku salah, aku sudah meninggalkan
kamu tanpa alasan apapun, aku khilaf. Kamu mau kan maafin aku?”
“ Aku sudah memafkan kamu dari
dulu.”
“Apa kamu masih mencintaiku?”
Pertanyaan itu kembali dia lontarkan.
“Aku nggak tau, apakah aku masih
mencintaimu atau tidak. Aku hanya menjaga perasaan hatiku, perasaan yang takut
akan luka kembali.”
“Aku tau, tapi satu hal yang perlu kamu
tau, aku tak kan pernah menyerah untuk mendapatkan cintamu lagi.”
“ Trus, pacar kamu bagaimana?”
“Aku sudah putus, aku tidak bisa
melupakan kamu. Ini hanya kekhilafanku saja.”
“Ya, sebuah kekhilafan, sehingga
engkau tega membuat aku menangis. Kamu tega melihat aku menangis, kamu lebih
tega membuat aku menderita. Kamu tak pernah tau, apa yang aku perjuangkan disini, kamu pergi
dengan sesuka hatimu, dan kamu juga kembali dengan sesuka hatimu. Kamu tak
pernah tau, bagaimana aku melupakanmu.” Kini air mataku mulai mengalir.
“Maafkan aku...”
“Hanya maaf.... ya....aku tau.”
Vias datang lagi, setelah aku
mati-matian melupakannya. Dia tak pernah tau bagaimana aku berusaha untuk
melupakannya. Komunikasi kita kembali intens, vias ku yang dulu kembali, tanpa
terasa aku dan vias kembali merasa nyaman jika berdua kembali bersama. Aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang
yang sama, ya vias kembali membuat aku jatuh dalam pelukannya. Tak ada yang
berubah semua masih sama, sayangnya, cintanya, ya dia memang viasku. Tapi itu
tak bertahan lama setelah dia kembali unutk kedua kalinya meninggalkan aku
pergi tanpa alasan.
Seakan
dunia terasa berguncang, Vias meninggalkanku lagi untuk kesekian kalinya demi
cinta yang lain, tak bisakah kau melihat cinta ku yang tulus ini. Setelah aku
berjuang mati-matian untuk menyembuhkan lukaku, engkau datang kepadaku
menawarkan cinta abadi, dan sekarang kau buat luka itu berdarah kembali. Oh
tuhan… kenapa vias melakukan ini kepadaku. Tidakkah cukup untuknya cinta yang aku
berikan.
Semua
kembali ke awal, aku tetap berjalan dengan kesendirianku menyembuhkan luka yang
berkali-kali kau sirami dengan cuka, dan kau tetap dengan kebahagiaanmu bersama
dia yang telah merebutmu dariku. Merebut cinta kita dengan tidak fair. Ya, semoga
engkau bahagia dengan pilihanmu, kau sendiri yang memutuskan untuk pergi dari
diriku. Aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu. Dan disini aku mencoba
untuk move on, bukan melupakanmu atau menggantikan kamu dengan orang lain, tapi
move on adalah aku akan mencoba untuk memaafkan diriku dan mengikhlasknmu untuk
orang lain.
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar