Oleh:
Fidri Yuliyana,A.Md ( Fidri Candlelight )
AKU MENCINTAI
ORANG YANG SALAH
Perasaan
yang membuat aku selalu sakit. Kenapa perasaan ini selalu ada dalam hidupku,
apakah aku tak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Bermula aku masuk kuliah
di universitas ternama di kotaku, aku juga baru jadian dengan seorang pria
namanya Indra, dia adalah teman SMP ku. Rasa bahagia tentu aku rasakan, seperti
orang-orang bilang cinta itu manisnya di awal saja. Aku bahagia bila dekat
dengannya, aku merasa hidupku sekarang jauh lebih sempurna, karena baru kali
ini mama menyukai pria yang mendampingiku.
Seiring berjalannya waktu, memang
cinta itu hanya manis di awal saja. Memasuki tahun pertama jadian, percekcokan
mulai terjadi, banyak terjadi kesalahpahaman didalam hubungan ini. Aku merasa
tidak nyaman lagi, dia selalu memaksaku untuk menuruti keinginannya, tak
segan-segan dia juga mengancamku dengan hal-hal yang sangat berbahaya. Aku baru tahu kalau dia punya sifat tempramental.
Aku selalu sabar menghadapinya. Hingga suatu ketika teman satu kosku Aira
mengenalkanku pada teman laki-lakinya. Kebetulan waktu itu teman-temannya
datang ke kosan.
“O..iya, nanti aku kenalin kamu ya
sama mereka. Kamu nanti juga temani aku ngobrol bareng mereka.” Aira memintaku
untuk menemaninya.
“Iya...sipp dech.” Jawabku. Tak
berapa lama temannya datang. Aku dan Aira menemui mereka.
“O..iya kenalin ini teman aku,
namanya Riyan.” Aira memperkenalkanku kepada teman-temannya, tapi ada yang
menarik kali ini, aku merasakan suatu getaran kepada salah satu temannya yaitu
Iwan. Entah apa yang terjadi saat itu, aku merasakan hal yang aneh ketika
kenalan dan berjabat tangan dengannya. Aku merasakan hal yang beda dari
semuanya.
Disinilah aku dan Iwan bermula,
ternyata perasaan beda itupun juga dirasakna oleh Iwan. Kami sering ngobrol
lewat telfon, dan sering smsan. Hingga aku berani memutuskan hubungannku dengan
Indra, mungkin aku juga jenuh dengan Indra yang selalu membuat aku selalu
was-was. Ternyata tidak semudah yang aku kira untuk memutuskan Indra, Indra
mengancamku bunuh diri, bahkan dia membawa pisau untuk menuliskan nama ku di
tangannya. Aku merasa kasihan dan aku
merasa iba, tapi aku sudah tidak bisa bersamanya lagi. Untuk apa menjalani
hubungan dengan perasaan yang selalu was-was.
Ketika itu Indra ke kosan aku, dan
ingin meminta penjelasan kepadaku. Tapi aku takut kalau Indra berbuat nekat,
dugaanku benar. Dia membawa balok dan ketika aku menjelaskan aku mengakhiri
hubungan ini, dia malah memukulkan balok ke kepalanya. Aku merasa tak tega
melihat semua ini , hingga aku berteriak.
“Indra..berhenti...” Aku berteriak,
sehingga orang yang ada di kosan aku mengetahui kejadian itu, untung saja
teman-temanku bisa melerai Indra untuk melakukan hal yang nekat seperti itu.
Mungkin Indra sock dengan keputusanku yang tiba-tiba, sehingga berbuat senekad
itu. Akhirnya aku perlahan-lahan menjauhi Indra. Indra tidak bisa lagi
mengangguku, karena aku sudah mengganti nomor handphoneku. Dia juga tidak bisa
ke kosan aku lagi, karena aku sudah mengatakan kepadanya kalau aku pindah kos.
Semua sudah berakhir. Kini aku kembali menata hatiku.
Iwan selalu memberikanku dorongan. Dari
aku menghadapi sikap Indra yang tidak mau putus sampai sekarang. Aku
benar-benar telah jatuh cinta pada Iwan. Aku juga tahu kalau dia juga
menyukaiku. Saling menyukai, tapi jarak yang memisahkan kita berdua. Hingga
suatu saat aku menyatakan perasaanku padanya, tapi apa hanya kekecewaan yang
aku dapatkan. Selama ini aku berjuang untuk membuktikan kalau aku mencintaiya.
“Iwan...kamu tahu perasaanku
bagaimana kepadamu.”
“Iya, tapi Perasaan tak cukup untuk
membuktikan semuanya.”
“Maksudnya?” Tanyaku.
“Buktikanlah kalau kamu benar-benar
mencintaiku.”
“Dengan cara apa?”
“Terserah kamu.”
“Baik...” jawabku. Semenjak itu aku
selalu membuat dirinya bahagia, meskipun aku tidak berada disisinya, tapi
melalui perhatianku lewat telfon itu sudah membuktikan perasaanku. Tapi
kenyatan pahit harus kuterima, perjuanganku sia-sia, pengorbannaku selama ini
tak ada artinya. Ketika Iwan mengatakan kepadaku sesuatu hal.
“ Ada apa?” Tanyaku.
“Sepertinya kita cocok untuk
berteman saja.”
“kenapa? Apa pembuktianku kurang
cukup bagimu?”
“Bukan itu, kita di pisahkan oleh
jarak. Aku nggak bisa pacaran jarak jauh.”
“Kenapa tidak dari dulu kamu
mengatakannya kepadaku? Kenapa kamu baru bilang saat aku benar-benar mencintai
kamu? Semudah itu kah kamu bicara ?” Aku hampir menangis di buatnya.
“Maafkan aku.
Aku tak menyangka Iwan hanya menganggap
aku sebagai teman. Aku sakit, aku hancur, kenapa selalu permainkan perasaanku.
Dulu ketika bersama Indra saat aku mencintainya, dia malah menyakitiku dengan
sikap tempramentalnya. Sekarang Iwan menyakiti perasaanku yang terlanjur
mencintainya. Apa salahku sehingga aku tidak mendaptakan cinta.
Aku berusaha melupakan Iwan, dan aku
berusaha menerima Iwan sebagai teman. Aku masih berusaha menata hatiku, dan
suatu ketika aku di pertemukan dengan Yoga teman dari Dina teman satu kos ku.
Yoga adalah vokalis band, ketika itu Yoga latihan di studio bersama pacarnya
Dina. Aku kenalan dengan Yoga, awalnya aku tidak merasakan apa-apa terhadap
Yoga. Setelah pertemuan itu, ternyata Yoga menghubungiku, Yoga meminta nomor
telfonku kepada Dina. Aku meresponnya dengan baik. Hingga aku tak menyangka,
aku sampai jadian dengan Yoga.
Perasaan yang begitu cepat
kurasakan. Aku tahu Yoga sudah mempunyai pacar, tapi aku tak perduli, aku hanya
mementingkan perasaanku saat ini memiliki orang yang aku cinta dan yang
mencintaiku. Yoga juga berjanji akan memutuskan hubungan dengan pacarnya demi
ingin bersamaku. Aku selalu menahan rasa ini, menahan ketika aku harus melihat
Yoga bermesraan dengan pacarnya. Aku sakit, tapi aku tak mampu jauh dari Yoga.
Sehingga temna-temanku sudah lelah memberitahukan aku akan hal ini. hal yang
akan membuat aku sakit terlalu dalam di kemudian harinya.
Aku bertahan dalam rasa yang membuat
aku sebenarnya sakit. Saat itu aku benar-benar lelah dan sakit menghadapi
perasaanku ini, janji Yoga untuk memutuskan pacarnya belum juga terwujud. Aku
terlanjur mencintainya, aku tak kuat lagi menahan ini semua, aku putuskan untuk
membiarkan Yoga dan Pacarnya bahagia. Biarlah aku yang mengalah, mungkin karna
Yoga juga tidak mampu untuk memutuskan pacarnya. Aku kembali patah hati, aku
mudah untuk jatuh cinta, aku mudah juga untuk patah hati.
Menginginkan untuk dicintai oleh
seseorang, tapi selalu kepahitan yang di berikan oleh mereka yang katanya mencintaiku. Pernah aku
merasa takut akan jatuh cinta lagi. Sekarang hanya ada kata perteman bagiku
untuk semua cowok.
Ketika itu Aira di telfon seorang
teman SMA nya, perkenalan yang unik. Namanya Putra dia minta di carikan cewek,
Aira pun mengerjai Putra. Aku disuruh bicara dengan Putra, tapi entah apa yang
terjadi saat perkenalan aku Bete aja, bawaannya kesal, mungkin karena waktu yang
tidak tepat atau karna memang orangnya ngeselin.
Perkenalan itu terjadi begitu saja.
Tersiar kabar kalau Putra pacaran dengan sepupunya Aira. Putra ingin ketempat
Aira, katanya ingin ketemu dengan teman lama. Percakapan itu terjadi.
“Aku ke kosan kamu ya.”
“Boleh, tapi bawa makanan yang
banyak ya.” Jawab Aira yang lagi nyuci, Handphonenya sengaja di loudspeaker.” O
iya aku lagi nyuci, ntar aja telfon ya. “
“Bentar, teman kamu ada yang jomblo
nggak?” Tanya Putra.
“Ada, mank napa tuch.?”
“Boleh kenalan?” Tanya Putra.
“Boleh...” Jawab Aira, Aira
menyuruhku untuk ngomong dengan Putra. Ternyata Putra ingin menjodohkan aku
dnegan sepupunya. Setelah selesai ngobrol, putra menutup telfonnya.
Sekitar pukul tujuh malam, Putra ke
kosanku. Dia membawa sepupunya yang dikenalkan kepadaku. Aku sich kurang suka
ya sama dia, namanya Prima. Tapi nggak tahu kenapa aku bisa jalan sama Prima
malam itu, Putra ternyata sudah mengatur rencana, aku jalan dengan Prima,
sedangkan dia jalan dengan sepupunya Aira.
Entah angin apa yang membawa aku,
begitu cepat memutuskan untuk menerima Prima jadi pacarku. Sebenarnya aku tidak
menyukai prima sama sekali, tapi aku nggak tahu. Aku di jebak dalam hubungan
status di Facebook. Oh My God, aku tidak bisa membayangkan aku pacaran dengan
Prima. Karena Prima sering menelfon aku, Putra jadi sering curhat kepadaku
tentang Sepupunya Aira yang sangat cuek kepadanya.
Perasaan nyaman dan bahagia aku
rasakan pada diri Putra. Putra membuat aku selalu menjadi bewarna, entah itu
rayuannya ataupun tingkahnya. Aku tahu kalau Putra adalah pacarnya sepupu Aira.
Hingga suatu ketika aku terjebak dengan perasaanku, aku mencintai Putra. Aku
ingin memilikinya, saat dia curhat masalah sepupunya Aira, aku merasa cemburu. Aku
memberikannya nasehat, sedangkan aku mencintainya. Aku menyuruhnya untuk
bersabar, padahal aku sangat tersiksa.
Suatu ketika Putra menyatakan
perasananya kepadaku.
“Aku nyaman saat aku ngobrol dengan
kamu. Aku juga bisa tertawa, dan aku mendapatkan perhatian yang tidak aku
dapatkan selama ini.”
“Aku juga.” Aku mengikuti kata
Putra. Masalah hubungan aku dengan Prima, aku sudah memutuskan Prima, karena
aku tidak mau menyakiti orang yang mencintaiku, sedangkan aku tidak
mencintainya sama sekali.
“Kamu mau jadi pacarku.?” Tanya
Putra.
“Tapi...”
“Aku akan ngomong baik-baik sama dia,
dia juga pasti mengerti dengan keadaan ini. kita saling mencintai.”
“ Aku mau.”
“Kalau gitu, kita buat status
hubungan di facebook ya.”
“Iya..” Aku hanya menangguk.
Aku bahagia, saking bahagianya aku
sms Aira. Sebenarnya hanya untuk lucu-lucuan.
aQ:‘liht
facebook aQ.’
Aira:’ memangnya ada apa?
aQ:
aku udah punya pacar.
Aira:
selamat ya, nanti aku lihat.
AQ”
Okey dech.
Tak berapa lama, Aira mulai
marah-matrah kepadaku.
Aira:
o..jadi itu pacar baru kamu.
aQ:
siapa?
Aira:
pura-pura nggak tahu lagi, Putra kan. Kamu tau kan kalau Putra adalah pcar dari
sepupu aQ.
aQ:
Kamu salah paham, ini tidak seprti yang kamu bayangkan.
Aira:
aku harus percaya? Sudh jelas semuanya.
Aku tidak
menyangka keadaanya seperti ini, aku hanya bercanda tapi Aira terlanjur marah.
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Putrapun sudah menjelaskankalau aku dan dia
tidak ada apa-apa. Hingga saat itu Aira mengatakan kepada Putra, pilih salah
satu aku atau sepupunya. Putra bingung, dia sayang sama sepupu Aira, tapi dia
juga sayang kepadaku. Putra harus memilih, dan pilihannya jatuh kepadaku, dia
memutuskan sepupu Aira. Putra juga tahu kalau Sepupu Aira tidak mencintainya.
Saat itu aku resmi pacaran dengan
Putra, aku bahagia tapi aku tahu resiko yang aku hadapi, yaitu harus bermusuhan
dengan Aira. Aira sangat marah kepadaku, dia marah karena cara aku dan putra
yang secepat itu mempublikasikan hubungan di facebook.
“Aira...maafin aku.”
“Sudah terlanjur.”
“Tapi aku benar-benar minta maaf.”
“Biarkan aku sendiri dulu.”
“Tapi Aira...”
“Riyan, kamu sahabat aku bahkan
sudah aku anggap sebagai saudara, sedangkan dia sepupu aku. Ku harus
menempatkan posisi aku dimana? Membela kamu yang jelas-jelas sudah menyakiti
perasaan sepupu aku? Iya?”
“Tapi ini kejadiannya begitu cepat.”
“Aku
nggak masalah kamu pacara dnegan Putra, tapi cara kamu dan Putra yang
tidak aku sukai. Kamu tahu bagaimana diduakan? Aku Cuma minta kamu waktu satu
minggu, tapi apa kalian malah tidak mendengarkan aku. Aku kecewa.”
“Maafin aku.”
“Untuk saat ini aku tak bisa
memaafkan kamu Riyan, butiran air mata yang jatuh di kelopak sepupu aku membuat
aku belum bisa memaafkan kamu.”
Aku memang salah, Aira benar dia
tidak memintaku untuk putus dengan Putra. Dia hanya memintaku untuk bersabar.
Karena Putra baru saja putus. Tapi ini sudah terlanjur dan tak bisa si ulang
lagi. Perasaan ku kacau, antara senang dan sedih. Senang karena aku menemukan
Putra sosok yang bisa membuat aku bahagia, sedih karena Aira marah kepadaku.
Waktu demi waktu terus berjalan,
kini Aira sudah mulai memaafkanku. Bahkan sudah bisa menerima hubungan aku dengan
Putra. Aku bahagia, aku sudah di restui oleh sahabat aku sendiri. Kini aku
tenang menjalin hubungan dengan Putra, hari –hariku penuh warna. Tapi hubunganku
selalu di bumbui cekcok. Aku tak tahu apa yang terjadi, putra mencintaiku, tapi
aku selalu di buatnya gelisah. Perasaan ku serasa di aduk-aduk olehnya. Seringkali
aku menangis karenanya. Aku sudah mengenal keluarganya, bahkan aku sudah pernah
menginap di kediaman Putra. Aku sangat dekat dengan keluarganya, keluarganya
sering memintaku untuk menginap disana.
Aku benar-benar mencintai Putra, aku
tidak bisa jauh drai putra, Putralah yang bsia membuat aku bahagia dan mengerti
akan cinta. Semakin lama,hubungan kami selalu cekcok karena mantannya Putra
yang mengejarnya. Tapi semua sudah diatasi oleh Putra.
Bahkan Putra pernah bilang dia sudah
muak denganku, tapi aku percaya itu bukan dari hatinya. Itu hanya sesaat. Lagi-lagi
aku kecewa, putra bersikap dingin kepadaku. Dulu yang rajin menelfon, sekarang
sudah jarang. Bahkan dia curhat kepada Aira, kalau dia tidak mau terlalu sering
menelfon. Atau apalah permasalhnnya yang menurutku itu hanya akal-akalan Putra.
Tapi aku tetap percaya Putra mencintaiku.
Sering putus nyambung, sampai suatu ketika
Putra memutuskan untuk tidak pacaran.
“Aku lebih sennag kita tidak
pacaran.”
“kenapa begitu?” Tanyaku.
“Iya, kalau pacaran, kamu selalu
banyak menuntutku. Tapi kalau tidak pacaran aku malah senang dan sering menghubungimu.”
“Benar-benar cowok yang aneh.”
“lebih baik kita begini saja,kita
jalani kehidupan masing-masing, kalau kita jodoh kita pasti dipersatukan.”
“Ya, mungkin ini lebih baik, untuk
hubungan kita. Tapi satu yang harus kamu tahu. Kalau aku sangat mencintai kamu,
sampai kapanpun.”
Aku tak menyangka hal ini terjadi.
Tapi aku masih sering jalan dengan Putra, tanpa ada ikatan apa-apa. Masih
seperti biasa sering nelfon dan ketemuan, tapi bedanya sudah tidak ada ikatan
lagi.aku juga yakin ini hal yang terbaik untuk hubungan ini. Mungkin aku lebih dewasa untuk menghadapi
situasi seperti ini, mungkin aku juga harus lebih bersabar dan hati-hati
memberikan hatiku. Aku menicntai orang yang salah.
TO Be
CoNTINUED...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar