waroengbacafidri

Kamis, 19 April 2012

CerPen : AKU MENCINTAI ORANG YANG SALAH


Oleh: Fidri Yuliyana,A.Md ( Fidri Candlelight )
AKU MENCINTAI ORANG YANG SALAH

Perasaan yang membuat aku selalu sakit. Kenapa perasaan ini selalu ada dalam hidupku, apakah aku tak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Bermula aku masuk kuliah di universitas ternama di kotaku, aku juga baru jadian dengan seorang pria namanya Indra, dia adalah teman SMP ku. Rasa bahagia tentu aku rasakan, seperti orang-orang bilang cinta itu manisnya di awal saja. Aku bahagia bila dekat dengannya, aku merasa hidupku sekarang jauh lebih sempurna, karena baru kali ini mama menyukai pria yang mendampingiku.
            Seiring berjalannya waktu, memang cinta itu hanya manis di awal saja. Memasuki tahun pertama jadian, percekcokan mulai terjadi, banyak terjadi kesalahpahaman didalam hubungan ini. Aku merasa tidak nyaman lagi, dia selalu memaksaku untuk menuruti keinginannya, tak segan-segan dia juga mengancamku dengan hal-hal yang sangat berbahaya. Aku  baru tahu kalau dia punya sifat tempramental. Aku selalu sabar menghadapinya. Hingga suatu ketika teman satu kosku Aira mengenalkanku pada teman laki-lakinya. Kebetulan waktu itu teman-temannya datang ke kosan.
            “O..iya, nanti aku kenalin kamu ya sama mereka. Kamu nanti juga temani aku ngobrol bareng mereka.” Aira memintaku untuk menemaninya.
            “Iya...sipp dech.” Jawabku. Tak berapa lama temannya datang. Aku dan Aira menemui mereka.
            “O..iya kenalin ini teman aku, namanya Riyan.” Aira memperkenalkanku kepada teman-temannya, tapi ada yang menarik kali ini, aku merasakan suatu getaran kepada salah satu temannya yaitu Iwan. Entah apa yang terjadi saat itu, aku merasakan hal yang aneh ketika kenalan dan berjabat tangan dengannya. Aku merasakan hal yang beda dari semuanya.
            Disinilah aku dan Iwan bermula, ternyata perasaan beda itupun juga dirasakna oleh Iwan. Kami sering ngobrol lewat telfon, dan sering smsan. Hingga aku berani memutuskan hubungannku dengan Indra, mungkin aku juga jenuh dengan Indra yang selalu membuat aku selalu was-was. Ternyata tidak semudah yang aku kira untuk memutuskan Indra, Indra mengancamku bunuh diri, bahkan dia membawa pisau untuk menuliskan nama ku di tangannya. Aku  merasa kasihan dan aku merasa iba, tapi aku sudah tidak bisa bersamanya lagi. Untuk apa menjalani hubungan dengan perasaan yang selalu was-was.
            Ketika itu Indra ke kosan aku, dan ingin meminta penjelasan kepadaku. Tapi aku takut kalau Indra berbuat nekat, dugaanku benar. Dia membawa balok dan ketika aku menjelaskan aku mengakhiri hubungan ini, dia malah memukulkan balok ke kepalanya. Aku merasa tak tega melihat semua ini , hingga aku berteriak.
            “Indra..berhenti...” Aku berteriak, sehingga orang yang ada di kosan aku mengetahui kejadian itu, untung saja teman-temanku bisa melerai Indra untuk melakukan hal yang nekat seperti itu. Mungkin Indra sock dengan keputusanku yang tiba-tiba, sehingga berbuat senekad itu. Akhirnya aku perlahan-lahan menjauhi Indra. Indra tidak bisa lagi mengangguku, karena aku sudah mengganti nomor handphoneku. Dia juga tidak bisa ke kosan aku lagi, karena aku sudah mengatakan kepadanya kalau aku pindah kos. Semua sudah berakhir. Kini aku kembali menata hatiku.
            Iwan selalu memberikanku dorongan. Dari aku menghadapi sikap Indra yang tidak mau putus sampai sekarang. Aku benar-benar telah jatuh cinta pada Iwan. Aku juga tahu kalau dia juga menyukaiku. Saling menyukai, tapi jarak yang memisahkan kita berdua. Hingga suatu saat aku menyatakan perasaanku padanya, tapi apa hanya kekecewaan yang aku dapatkan. Selama ini aku berjuang untuk membuktikan kalau aku mencintaiya.
            “Iwan...kamu tahu perasaanku bagaimana kepadamu.”
            “Iya, tapi Perasaan tak cukup untuk membuktikan semuanya.”
            “Maksudnya?” Tanyaku.
            “Buktikanlah kalau kamu benar-benar mencintaiku.”
            “Dengan cara apa?”
            “Terserah kamu.”  
            “Baik...” jawabku. Semenjak itu aku selalu membuat dirinya bahagia, meskipun aku tidak berada disisinya, tapi melalui perhatianku lewat telfon itu sudah membuktikan perasaanku. Tapi kenyatan pahit harus kuterima, perjuanganku sia-sia, pengorbannaku selama ini tak ada artinya. Ketika Iwan mengatakan kepadaku sesuatu hal.
            “ Ada apa?” Tanyaku.
            “Sepertinya kita cocok untuk berteman saja.”
            “kenapa? Apa pembuktianku kurang cukup bagimu?”
            “Bukan itu, kita di pisahkan oleh jarak. Aku nggak bisa pacaran jarak jauh.”
            “Kenapa tidak dari dulu kamu mengatakannya kepadaku? Kenapa kamu baru bilang saat aku benar-benar mencintai kamu? Semudah itu kah kamu bicara ?” Aku hampir menangis di buatnya.
            “Maafkan aku.
            Aku tak menyangka Iwan hanya menganggap aku sebagai teman. Aku sakit, aku hancur, kenapa selalu permainkan perasaanku. Dulu ketika bersama Indra saat aku mencintainya, dia malah menyakitiku dengan sikap tempramentalnya. Sekarang Iwan menyakiti perasaanku yang terlanjur mencintainya. Apa salahku sehingga aku tidak mendaptakan cinta.
            Aku berusaha melupakan Iwan, dan aku berusaha menerima Iwan sebagai teman. Aku masih berusaha menata hatiku, dan suatu ketika aku di pertemukan dengan Yoga teman dari Dina teman satu kos ku. Yoga adalah vokalis band, ketika itu Yoga latihan di studio bersama pacarnya Dina. Aku kenalan dengan Yoga, awalnya aku tidak merasakan apa-apa terhadap Yoga. Setelah pertemuan itu, ternyata Yoga menghubungiku, Yoga meminta nomor telfonku kepada Dina. Aku meresponnya dengan baik. Hingga aku tak menyangka, aku sampai jadian dengan Yoga.
            Perasaan yang begitu cepat kurasakan. Aku tahu Yoga sudah mempunyai pacar, tapi aku tak perduli, aku hanya mementingkan perasaanku saat ini memiliki orang yang aku cinta dan yang mencintaiku. Yoga juga berjanji akan memutuskan hubungan dengan pacarnya demi ingin bersamaku. Aku selalu menahan rasa ini, menahan ketika aku harus melihat Yoga bermesraan dengan pacarnya. Aku sakit, tapi aku tak mampu jauh dari Yoga. Sehingga temna-temanku sudah lelah memberitahukan aku akan hal ini. hal yang akan membuat aku sakit terlalu dalam di kemudian harinya.
            Aku bertahan dalam rasa yang membuat aku sebenarnya sakit. Saat itu aku benar-benar lelah dan sakit menghadapi perasaanku ini, janji Yoga untuk memutuskan pacarnya belum juga terwujud. Aku terlanjur mencintainya, aku tak kuat lagi menahan ini semua, aku putuskan untuk membiarkan Yoga dan Pacarnya bahagia. Biarlah aku yang mengalah, mungkin karna Yoga juga tidak mampu untuk memutuskan pacarnya. Aku kembali patah hati, aku mudah untuk jatuh cinta, aku mudah juga untuk patah hati.
            Menginginkan untuk dicintai oleh seseorang, tapi selalu kepahitan yang di berikan oleh  mereka yang katanya mencintaiku. Pernah aku merasa takut akan jatuh cinta lagi. Sekarang hanya ada kata perteman bagiku untuk semua cowok.
            Ketika itu Aira di telfon seorang teman SMA nya, perkenalan yang unik. Namanya Putra dia minta di carikan cewek, Aira pun mengerjai Putra. Aku disuruh bicara dengan Putra, tapi entah apa yang terjadi saat perkenalan aku Bete aja, bawaannya kesal, mungkin karena waktu yang tidak tepat atau karna memang orangnya ngeselin.
            Perkenalan itu terjadi begitu saja. Tersiar kabar kalau Putra pacaran dengan sepupunya Aira. Putra ingin ketempat Aira, katanya ingin ketemu dengan teman lama. Percakapan itu terjadi.
            “Aku ke kosan kamu ya.”
            “Boleh, tapi bawa makanan yang banyak ya.” Jawab Aira yang lagi nyuci, Handphonenya sengaja di loudspeaker.” O iya aku lagi nyuci, ntar aja telfon ya. “
            “Bentar, teman kamu ada yang jomblo nggak?” Tanya Putra.
            “Ada, mank napa tuch.?”
            “Boleh kenalan?” Tanya Putra.
            “Boleh...” Jawab Aira, Aira menyuruhku untuk ngomong dengan Putra. Ternyata Putra ingin menjodohkan aku dnegan sepupunya. Setelah selesai ngobrol, putra menutup telfonnya.
            Sekitar pukul tujuh malam, Putra ke kosanku. Dia membawa sepupunya yang dikenalkan kepadaku. Aku sich kurang suka ya sama dia, namanya Prima. Tapi nggak tahu kenapa aku bisa jalan sama Prima malam itu, Putra ternyata sudah mengatur rencana, aku jalan dengan Prima, sedangkan dia jalan dengan sepupunya Aira.
            Entah angin apa yang membawa aku, begitu cepat memutuskan untuk menerima Prima jadi pacarku. Sebenarnya aku tidak menyukai prima sama sekali, tapi aku nggak tahu. Aku di jebak dalam hubungan status di Facebook. Oh My God, aku tidak bisa membayangkan aku pacaran dengan Prima. Karena Prima sering menelfon aku, Putra jadi sering curhat kepadaku tentang Sepupunya Aira yang sangat cuek kepadanya.
            Perasaan nyaman dan bahagia aku rasakan pada diri Putra. Putra membuat aku selalu menjadi bewarna, entah itu rayuannya ataupun tingkahnya. Aku tahu kalau Putra adalah pacarnya sepupu Aira. Hingga suatu ketika aku terjebak dengan perasaanku, aku mencintai Putra. Aku ingin memilikinya, saat dia curhat masalah sepupunya Aira, aku merasa cemburu. Aku memberikannya nasehat, sedangkan aku mencintainya. Aku menyuruhnya untuk bersabar, padahal aku sangat tersiksa.
            Suatu ketika Putra menyatakan perasananya kepadaku.
            “Aku nyaman saat aku ngobrol dengan kamu. Aku juga bisa tertawa, dan aku mendapatkan perhatian yang tidak aku dapatkan selama ini.”
            “Aku juga.” Aku mengikuti kata Putra. Masalah hubungan aku dengan Prima, aku sudah memutuskan Prima, karena aku tidak mau menyakiti orang yang mencintaiku, sedangkan aku tidak mencintainya sama sekali.
            “Kamu mau jadi pacarku.?” Tanya Putra.
            “Tapi...”
            “Aku akan ngomong baik-baik sama dia, dia juga pasti mengerti dengan keadaan ini. kita saling mencintai.”
            “ Aku mau.”
            “Kalau gitu, kita buat status hubungan di facebook ya.”
            “Iya..” Aku hanya menangguk.
            Aku bahagia, saking bahagianya aku sms Aira. Sebenarnya hanya untuk lucu-lucuan.
            aQ:‘liht facebook aQ.’
            Aira:’ memangnya ada apa?
            aQ: aku udah punya pacar.
            Aira: selamat ya, nanti aku lihat.
            AQ” Okey dech.
            Tak berapa lama, Aira mulai marah-matrah kepadaku.
            Aira: o..jadi itu pacar baru kamu.
            aQ: siapa?
            Aira: pura-pura nggak tahu lagi, Putra kan. Kamu tau kan kalau Putra adalah pcar dari sepupu aQ.
            aQ: Kamu salah paham, ini tidak seprti yang kamu bayangkan.
            Aira: aku harus percaya? Sudh jelas semuanya.
            Aku tidak menyangka keadaanya seperti ini, aku hanya bercanda tapi Aira terlanjur marah. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Putrapun sudah menjelaskankalau aku dan dia tidak ada apa-apa. Hingga saat itu Aira mengatakan kepada Putra, pilih salah satu aku atau sepupunya. Putra bingung, dia sayang sama sepupu Aira, tapi dia juga sayang kepadaku. Putra harus memilih, dan pilihannya jatuh kepadaku, dia memutuskan sepupu Aira. Putra juga tahu kalau Sepupu Aira tidak mencintainya.
            Saat itu aku resmi pacaran dengan Putra, aku bahagia tapi aku tahu resiko yang aku hadapi, yaitu harus bermusuhan dengan Aira. Aira sangat marah kepadaku, dia marah karena cara aku dan putra yang secepat itu mempublikasikan hubungan di facebook.
            “Aira...maafin aku.”
            “Sudah terlanjur.”
            “Tapi aku benar-benar minta maaf.”
            “Biarkan aku sendiri dulu.”
            “Tapi Aira...”
            “Riyan, kamu sahabat aku bahkan sudah aku anggap sebagai saudara, sedangkan dia sepupu aku. Ku harus menempatkan posisi aku dimana? Membela kamu yang jelas-jelas sudah menyakiti perasaan sepupu aku? Iya?”
            “Tapi ini kejadiannya begitu cepat.”
            “Aku  nggak masalah kamu pacara dnegan Putra, tapi cara kamu dan Putra yang tidak aku sukai. Kamu tahu bagaimana diduakan? Aku Cuma minta kamu waktu satu minggu, tapi apa kalian malah tidak mendengarkan aku. Aku kecewa.”
            “Maafin aku.”
            “Untuk saat ini aku tak bisa memaafkan kamu Riyan, butiran air mata yang jatuh di kelopak sepupu aku membuat aku belum bisa memaafkan kamu.”
            Aku memang salah, Aira benar dia tidak memintaku untuk putus dengan Putra. Dia hanya memintaku untuk bersabar. Karena Putra baru saja putus. Tapi ini sudah terlanjur dan tak bisa si ulang lagi. Perasaan ku kacau, antara senang dan sedih. Senang karena aku menemukan Putra sosok yang bisa membuat aku bahagia, sedih karena Aira marah kepadaku.
            Waktu demi waktu terus berjalan, kini Aira sudah mulai memaafkanku. Bahkan sudah bisa menerima hubungan aku dengan Putra. Aku bahagia, aku sudah di restui oleh sahabat aku sendiri. Kini aku tenang menjalin hubungan dengan Putra, hari –hariku penuh warna. Tapi hubunganku selalu di bumbui cekcok. Aku tak tahu apa yang terjadi, putra mencintaiku, tapi aku selalu di buatnya gelisah. Perasaan ku serasa di aduk-aduk olehnya. Seringkali aku menangis karenanya. Aku sudah mengenal keluarganya, bahkan aku sudah pernah menginap di kediaman Putra. Aku sangat dekat dengan keluarganya, keluarganya sering memintaku untuk menginap disana.
            Aku benar-benar mencintai Putra, aku tidak bisa jauh drai putra, Putralah yang bsia membuat aku bahagia dan mengerti akan cinta. Semakin lama,hubungan kami selalu cekcok karena mantannya Putra yang mengejarnya. Tapi semua sudah diatasi oleh Putra.
            Bahkan Putra pernah bilang dia sudah muak denganku, tapi aku percaya itu bukan dari hatinya. Itu hanya sesaat. Lagi-lagi aku kecewa, putra bersikap dingin kepadaku. Dulu yang rajin menelfon, sekarang sudah jarang. Bahkan dia curhat kepada Aira, kalau dia tidak mau terlalu sering menelfon. Atau apalah permasalhnnya yang menurutku itu hanya akal-akalan Putra. Tapi aku tetap percaya Putra mencintaiku.
            Sering putus nyambung, sampai suatu ketika Putra memutuskan untuk tidak pacaran.
            “Aku lebih sennag kita tidak pacaran.”
            “kenapa begitu?” Tanyaku.
            “Iya, kalau pacaran, kamu selalu banyak menuntutku. Tapi kalau tidak pacaran aku malah senang dan sering menghubungimu.”
            “Benar-benar cowok yang aneh.”
            “lebih baik kita begini saja,kita jalani kehidupan masing-masing, kalau kita jodoh kita pasti dipersatukan.”
            “Ya, mungkin ini lebih baik, untuk hubungan kita. Tapi satu yang harus kamu tahu. Kalau aku sangat mencintai kamu, sampai kapanpun.”
            Aku tak menyangka hal ini terjadi. Tapi aku masih sering jalan dengan Putra, tanpa ada ikatan apa-apa. Masih seperti biasa sering nelfon dan ketemuan, tapi bedanya sudah tidak ada ikatan lagi.aku juga yakin ini hal yang terbaik untuk hubungan ini.  Mungkin aku lebih dewasa untuk menghadapi situasi seperti ini, mungkin aku juga harus lebih bersabar dan hati-hati memberikan hatiku. Aku menicntai orang yang salah.

TO Be CoNTINUED...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar